PusatDapodik
Home Kesiswaan Psikologi Pendidikan Anak Sekolah Dasar

Psikologi Pendidikan Anak Sekolah Dasar

cdc GDokEYnOfnE unsplash scaled

pusat dapodik – Pendidikan merupakan modal dasar untuk mempersiapkan manusia yang berkualitas. Menurut UU Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut UNESCO, pendidikan harus dibangun di atas empat pilar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

Selain itu, pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia sehingga psikologi merupakan salah satu landasan penting dalam pendidikan.

Pemahaman peserta didik dari aspek psikologis merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan.

Oleh karena itu, hasil kajian dalam temuan-temuan psikologi sangat diperlukan untuk penerapannya dalam bidang pendidikan, misalnya pengetahuan tentang urutan perkembangan anak.

Setiap individu memiliki bakat, minat, kemampuan, kekuatan, dan pola perkembangan yang berbeda dengan orang lain. Implikasinya, tidak mungkin pendidikan memperlakukan siswa secara sama.

Penyusunan kurikulum harus cermat dalam menentukan tingkat pengalaman belajar yang akan dijadikan garis besar program pengajaran dan tingkat detail materi pembelajaran yang digariskan (Junaid, 2012: 93).

Memahami psikologi pendidikan anak sangat penting bagi orang tua dan guru. Dengan memahami psikologi pendidikan anak dengan baik, orang tua dan guru dapat menerapkan

metode pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan tahapan tumbuh kembang anak. Dengan demikian, hasil proses pendidikan akan optimal.

Psikologi pendidikan anak berbeda pada setiap tahapan usia. Psikologi pendidikan bagi anak usia sekolah dasar tentunya berbeda dengan psikologi pendidikan anak usia dini atau bagi anak pada jenjang pendidikan di atas sekolah dasar.

Untuk memahami psikologi pendidikan anak usia sekolah dasar, Anda bisa memulainya dengan memahami karakteristik anak yang mengikuti jenjang pendidikan dasar ini.

Pengertian Psikologi Pendidikan

Psikologi atau psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Jiwa manusia berkembang sejalan dengan pertumbuhan fisik.

Dalam perkembangan mental dan fisik inilah anak harus belajar, karena pada masa ini anak peka terhadap belajar.

Oleh karena itu, pelayanan pendidikan bagi mereka juga harus dilakukan secara bertahap agar pelajarannya dapat dipahami oleh anak-anak.

Jenjang yang dimaksud dalam hal ini adalah jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, kemudian perguruan tinggi.

Materi pada tingkat itu juga bertambah, dari SD dengan materi rendah sampai perguruan tinggi dengan materi yang semakin kompleks

sehingga cara pemberian materi ini juga akan berbeda karena karakter siswa pada setiap jenjang juga berbeda (Made Pidarta, 2007: 194)

Istilah psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti pengetahuan. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan.

Atas dasar ini, psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Sukmadinata (2008), ada tiga teori atau pendekatan mengenai psikologi perkembangan, yang terdiri dari pendekatan phasing (mengandung bahwa perkembangan individu melalui tahapan-tahapan tertentu yang berbeda).

pendekatan diferensial (memandang individu memiliki persamaan dan perbedaan yang akan menghasilkan kelompok)

pendekatan ipsatif (mencoba melihat karakteristik masing-masing individu). Dalam hal ini, pokok bahasan yang akan dibahas adalah pendekatan pentahapan karena dalam pendekatan setiap tahapan memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan tahapan lainnya.

Sifat ini penting diketahui sebagai bekal untuk menentukan sikap kepada siswa agar setiap tahapan yang dilalui siswa dapat dilalui dengan baik

meskipun tidak memungkiri bahwa dua pendekatan lainnya juga penting. Pendekatan pentahapan ini terkait dengan pendapat berbagai ahli, antara lain Piaget, Bloom, dan Eric Erikson.

Sebelum memahami psikologi pendidikan pada anak usia sekolah dasar, Berikut ini adalah ciri-ciri anak pada usia sekolah dasar:

Senang Bekerja dalam Kelompok – Pada usia sekolah dasar, kebanyakan anak mulai cenderung sering bersosialisasi. Persahabatan dan pergaulan dengan kelompok sebaya atau teman sebaya.

Hal ini akan membuat usia sekolah dasar dapat belajar banyak hal, seperti setia pada teman, bekerja sama, dan bersaing secara sehat.

Selamat Bermain – Dunia dan waktu anak-anak adalah dunia dan waktu untuk bermain yang setiap saat penuh dengan kegembiraan, seperti halnya kebanyakan anak-anak di usia sekolah dasar.

Mereka masih sangat senang bermain, apalagi untuk anak SD yang masih tergolong duduk di kelas rendah seperti kelas 1,2 dan 3.

Senang Bergerak – Berbeda dengan orang dewasa yang merasa nyaman duduk berjam-jam, kebanyakan anak usia sekolah dasar cenderung lebih aktif dan suka bergerak.

Sebagian besar anak pada usia ini dapat duduk dengan tenang hingga 30 menit. Setelah itu, anak perlu bergerak ke sana kemari.

Senang Melakukan Sesuatu Secara Langsung – Sebagian besar anak usia sekolah dasar lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan oleh guru jika ia dapat mempraktekkannya sendiri secara langsung untuk membuktikannya.

Berikut ini adalah dasar-dasar psikologi pendidikan menurut para ahli:

Landasan Psikologi Pendidikan Menurut Jean Piaget – Piaget menjelaskan tentang pendekatan pentahapan secara khusus, yaitu kognisi.

Menurut Piaget, tahap perkembangan kognitif ini meliputi empat tahap meliputi motorik sensorik, pra-operasional, operasi konkret, dan operasi formal (Desmita, 2011).

Sensory Motor Stage (berkisar dari lahir sampai 2 tahun) – Pertumbuhan kemampuan anak dapat dilihat dari aktivitas/aktivitas motoriknya. Jadi pada tahap sensorimotor

Kemampuan kognitif anak hanya sebatas refleks karena pemahamannya dibangun melalui koordinasi pengalaman sensoriknya, yaitu melihat dan mendengar dengan gerakan seperti menggapai dan menyentuh.

Tahap Pra-Operasional (kisaran 2-7 tahun) – Anak-anak dalam periode pra-operasional dapat menggunakan kata-kata yang benar dan

mampu mengungkapkan kalimat pendek secara efektif. Pada tahap ini terjadi peningkatan kemampuan berbahasa dan berpikir simbolik.

Tahap Operasional Konkrit (kisaran 7-11 tahun) – Masa ini merupakan masa dimana anak sudah mulai menggunakan aturan yang jelas dan logis, tetapi hanya dengan benda-benda konkrit.

karena anak belum mampu berpikir abstrak, misalnya klasifikasi verbal, yaitu tanpa materi konkrit, ia belum mampu menyelesaikan masalah ini dengan baik.

Tahap Operasional Formal (kisaran 11-15 tahun) Anak-anak mampu berpikir logis tentang masalah konkrit dan abstrak. Anak juga mampu membentuk ide dan masa depannya secara realistis.

Landasan Psikologi Pendidikan Menurut Benjamin Samuel Bloom Bloom membagi sistematika perilaku manusia yang lebih dikenal dengan taksonomi perilaku. Pembagiannya dibagi menjadi:

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif merupakan aspek kemampuan yang berkaitan dengan aspek pengetahuan, penalaran, atau pemikiran. Hirarki domain kognitif terdiri dari:

Pengetahuan (knowlegde) Pengetahuan mencakup ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

Pemahaman – Pada tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna dan makna dari apa yang dipelajari (Winkel, 1987: 150).

Aplikasi – Kemampuan untuk menerapkan suatu aturan atau metode untuk menghadapi suatu kasus atau masalah yang konkrit atau nyata dan baru (Winkel, 1987: 150).

Analisis (analisis) – Pada tingkat analitis, seseorang mampu memecah informasi yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan menghubungkan informasi dengan informasi lainnya (Santrock, 2007: 468).

Sintesis (sintesis) – Kemampuan untuk membentuk unit atau pola baru. Bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu sama lain (Winkel, 1987:151).

Evaluasi (evaluasi) – Kemampuan memberikan penilaian terhadap suatu materi pembelajaran, argumentasi mengenai sesuatu yang diketahui, dipahami, dilakukan, dianalisis, dan dihasilkan (Yaumi, 2013: 92).

Landasan Psikologi Pendidikan Menurut Eric Erikson Pendapat Erikson sering disebut sebagai psikososial.

Lingkungan sosial sangat mempengaruhi perkembangan seseorang. Menurutnya, setiap tahap perkembangan seseorang saling terkait satu sama lain.

8 tahapan psikologis menurut Eric Erikson:

Kepercayaan vs ketidakpercayaan (trust vs ketidakpercayaan) – Ini bisa disebut sebagai ramah vs menolak. Tahap ini berlangsung pada usia 0-1 tahun.

Otonomi vs rasa malu dan keraguan – Tahap ini berlangsung pada akhir masa bayi atau usia 1-3 tahun.

Inisiatif vs rasa bersalah (inisiatif vs rasa bersalah) – yang terjadi pada tahun-tahun pra-sekolah atau usia 3-5 tahun.

Industri vs inferioritas (perasaan produktivitas vs inferioritas) – yang berlangsung kira-kira pada saat sekolah dasar atau usia 6-12 tahun.

Identitas vs kebingungan (identitas diri vs kebingungan) – berlangsung selama masa remaja atau usia 12-18 tahun.

Keintiman vs isolasi – Terjadi pada masa dewasa awal atau usia 19-25 tahun.

Generativitas vs stagnasi (generasi vs kesenangan pribadi) – dialami oleh individu pada masa dewasa pertengahan atau usia 25-45 tahun.

Integritas vs keputusasaan – yang berlangsung selama masa dewasa akhir atau usia 45 tahun.

Itu saja dari penulis, semoga apa yang dituliskan bermanfaat bagi semua pihak.

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad