pusat dapodik – Bullying seringkali menjadi momok yang menakutkan di berbagai lingkungan, terutama lingkungan sekolah. Bahkan saking parahnya, bullying juga menjadi penyumbang motif atau alasan bunuh diri secara turun-temurun.

Pada dasarnya bullying secara sederhana merupakan suatu usaha atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dimana saja dan kapan saja, baik secara verbal maupun nonverbal.

Tindakan atau tindakan mereka seringkali diidentikkan dengan pemaksaan terhadap individu dan kelompok yang dianggap lemah dan minoritas.

Selain itu, fenomena ini dapat terjadi karena pelaku intimidasi menganggap dirinya sebagai orang atau orang yang berkuasa sehingga merasa wajar memperlakukan lawannya seperti itu meski dengan tindakan di luar batas.

Salah satu fenomena bullying yang sering terjadi adalah di lingkungan pendidikan. Meski dunia pendidikan penuh dengan siswa terdidik, namun nyatanya pembelajaran yang efektif selama ini belum menyelamatkan diri dari ketertarikan terhadap bullying.

Akibatnya, ffenomena bullying di sekolah yang seharusnya menjadi penyakit, telah menjadi trend di lingkungan sekolah. Sebagian besar siswa tidak segan-segan melakukannya tanpa atau bahkan disadari oleh guru. Padahal, fenomena ini tentu menimbulkan berbagai dampak negatif baik bagi pelaku maupun korbannya.

Berikut beberapa dampak negatif bullying:

1. Untuk Pelaku

Siswa yang suka menggertak temannya kelak akan menjadi orang yang mudah merendahkan dan tidak menghargai orang lain.

Apalagi jika ia mendapati bahwa korban yang di-bully tidak menjawab dan terlihat lemah, maka orang tersebut akan semakin menekankan bullying tersebut. Jiwa pengganggu juga dibiarkan terus juga akan menyakiti generasi.

Padahal, kehadirannya hanya akan mengganggu peradaban karena jika pertimbangannya tidak tepat, maka ketidaksesuaian akan membuat orang lain berpotensi ditindas.

Selain itu, kedepannya jika perilaku bullying tersebut tidak segera disadari akan membuatnya menjadi calon yang mudah menghakimi, dan melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain. Kondisi ini tentu tidak dibenarkan, karena negara yang ideal adalah ramah dan suka menolong.

Biasanya anak-anak yang suka melakukan tindakan bullying mungkin di masa lalu pernah menjadi korban atau bahkan mengalami kejadian serupa. Sehingga pada akhirnya bisa jadi ketika menjadi pengganggu adalah bentuk balas dendam mereka.

2. Untuk Korban

Selain itu, dampak negatif juga akan dirasakan oleh korban bullying. Biasanya korban dapat mengalami gangguan jiwa, psikosomatis dan psikososial yang dapat berakibat pada menurunnya prestasi belajarnya. Gangguan bullying biasanya terdiri dari bentuk fisik, verbal bahkan psikologis. Selain itu, korban bullying juga rentan mengalami trauma sehingga di kemudian hari bisa berubah menjadi pelaku bullying untuk membalas dendam kepada orang-orang di sekitarnya yang baru mengenalnya.

Jenis-Jenis Penindasan

Bullying dikategorikan menjadi beberapa jenis. Diantaranya adalah :

1. Penindasan Fisik

Tipe ini cenderung berkaitan dengan kondisi fisik seseorang. Misalnya, di lingkungan sekolah, pelaku intimidasi dengan sengaja mendorong, menarik, menyenggol, menarik, memukul, dan tindakan yang mereka sengaja dan khawatirkan akan menyerang secara fisik.

Di beberapa daerah, banyak tersebar fakta terkait berita meninggalnya siswa akibat bullying dari teman lingkungannya.

2. Penindasan Verbal

Bullying verbal jenis ini merupakan tindakan yang diucapkan secara verbal. Awalnya mungkin sebatas mengejek atau memanggil temannya. Terkadang di kelas juga sebagian besar perilaku siswa yang mengejek dengan memanggil orang tuanya dengan nada skeptis.

Sindiran tersebut tentu akan membuat korban tersinggung dan merasa tidak dihargai sebagai teman di sekitarnya.

Selain itu, setiap siswa memiliki tingkat kesedihan yang berbeda-beda. Ada yang merasa diejek atau dipanggil dengan nama orang tua tidaklah menyakitkan.

Tapi ada juga yang tersinggung karenanya. Bahkan, tindakan ini bisa membuat korban tidak mau sekolah atau takut berhadapan dengan teman-temannya.

3. Penindasan Psikis

Jenis lainnya adalah bullying psikologis yang membutuhkan upaya untuk mempengaruhi orang lain. Misalnya, ada pelaku yang memprovokasi teman lain untuk tidak berteman dengan korban yang di-bully.

Sehingga ketika teman tersebut terkena imbas pelaku, ia mengikuti dan menyindir serta melakukan berbagai hal yang menyinggung. Dalam kecanggihan teknologi saat ini, sangat mudah untuk menggertak jiwa seseorang. Bisa dari viral melalui media sosial hingga akhirnya membuat korban dipermalukan di depan umum.

Peran Guru dalam Menghadapi Fenomena Bullying

Agar bullying tidak semakin merajalela, penting bagi seorang guru untuk menjadi mediator, mentor, penasihat bahkan menjadi direktur.

Misalnya, guru mengarahkan siswa untuk menyadari kesalahannya bahwa bullying tidak dibenarkan. Berikut ini adalah beberapa peran yang dapat dimainkan oleh guru:

1. Mengambil Tindakan Tegas pada Pelanggar

Setiap tindakan di sekolah yang bertentangan dengan norma dan prinsip hidup tentunya harus mendapat tindakan tegas. Selain guru BK, wali kelas juga berperan dalam menindak siswa yang berperilaku di luar jalur.

Agar siswa tidak terbiasa dengan perilaku bullying, maka mulailah dari yang sepele. Jika ada yang mengejek, memanggil dengan nama orang tua, maka siswa yang demikian harus segera diingatkan. Jika guru terlalu santai dan membiarkan hal ini terjadi secara kasat mata, maka bisa dipastikan di luar lingkungan sekolah siswa akan lebih brutal.

Karena kebiasaan yang terus dilakukan akan membuat siswa semakin terbiasa. Jika sudah demikian, maka mahasiswa tersebut akan selalu mencari model bullying terbaru yang justru bisa berakibat fatal bagi korbannya.

2. Buat Kampanye atau Publikasi Stop Bullying

Selain melakukan tindakan tegas, penghentian bullying juga dapat dilakukan melalui intensitas sosialisasi terkait bahaya bullying. Sosialisasi ini dapat dimasukan ke dalam berbagai aplikasi yang sering diakses oleh mahasiswa seperti Tik Tok, Instagram dan Facebook.

Selain itu, gerakan anti bullying juga dapat menjadi aksi nyata yang dapat diprogramkan oleh sekolah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan bebas bullying.

3. Mengawasi dan Melakukan Pelatihan Anti-Bullying

Memperlakukan karakter yang suka mem-bully bukanlah hal yang mudah. Karena bisa jadi keinginan untuk menjatuhkan, memukul, mengejek seseorang adalah keinginan yang wajar.

Jika hal ini terjadi, maka pihak sekolah dapat memberikan fasilitas pendampingan kepada pelaku dan melakukan pemantauan. Bagi korban, guru dapat membantu untuk menumbuhkan motivasi dalam dirinya agar tidak terlihat lemah di depan teman-temannya.

Tentu saja ini akan memakan waktu. Selain itu, penting bagi guru untuk memantau korban bullying agar tidak menggertak teman lain saat berada di lingkungan baru.

4. Mencari Bantuan Psikolog

Korban bullying akut biasanya membutuhkan lebih banyak bantuan daripada motivasi dari guru. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memahami jenis kesedihan dan berapa lama korban telah diintimidasi.

Jika sudah terlalu lama dan akhirnya membuat siswa tidak nyaman dengan aktivitasnya, maka mereka membutuhkan bantuan psikolog agar jiwanya tidak merasa tertekan.

Nah, itulah ulasan mengenai peran fenomena bullying di sekolah dan peran guru dalam mengatasinya.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *