Batik merupakan warisan terbesar dari nenek moyang kita dan telah menembus pasar dunia. Tidak hanya orang Indonesia yang memakai batik, tetapi banyak orang asing yang menyukainya karena keindahan corak atau motifnya. Ada berbagai macam motif batik dari setiap daerah, salah satunya adalah Megamendung.

Megamendung adalah salah satu motif batik populer dari Cirebon, Jawa Barat. Motif ini berbentuk gumpalan awan dan identik dengan unsur warna biru yang dipadukan dengan warna merah yang menggambarkan kejantanan dan suasana yang dinamis.

Warna merah pada motif batik Megamendung menggambarkan keadaan atau psikologi masyarakat pesisir yang lugas dan terbuka. Selain itu warna biru juga konon melambangkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang serta melambangkan pembawa hujan yang diharapkan dapat membawa kesuburan dan memberi kehidupan.

Warna biru pada motif batik ini berkisar dari biru muda hingga biru tua. Biru muda menggambarkan kehidupan yang lebih cerah, sedangkan biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan memberi kehidupan.

Dalam perkembangannya, motif batik Megamendung banyak mengalami perkembangan dan dimodifikasi sesuai permintaan pasar. Dimana, motif batik ini dipadukan dengan motif binatang, bunga atau lainnya. Selain itu, dari segi warna mulai berkembang menjadi hijau, kuning, coklat, dan seterusnya.

Selain itu Megamendung sebagai motif dasar batik sudah terkenal hingga mancanegara. Hal itu dibuktikan dengan digunakannya motif batik ini untuk sampul buku batik terbitan luar negeri berjudul “Batik Design” karya Pepin van Roojen.

Baca juga: Diperingati Setiap 2 Oktober, Begini Sejarah Hari Batik Nasional

Kekhasan motif batik ini tidak hanya pada gambarnya tetapi juga pada nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya dan berkaitan erat dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di Cirebon.

Sejarah motif Megamendung

Dilansir dari laman Wikipedia, dalam sejarahnya, motif batik Megamendung berdasarkan buku dan literatur yang ada mengarah pada sejarah kedatangan bangsa Tionghoa ke daerah Cirebon. Tercatat dalam sejarah adalah Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon dan menikahi Ratu Ong Tien dari Tiongkok.

Ada beberapa benda seni yang dibawa dari Tiongkok seperti keramik, piring, dan lain-lain yang berhias awan. Dalam Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas. Bentuk awan merupakan gambaran dunia yang luas, bebas, dan memiliki makna transendental (ketuhanan).

Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien menjadi pintu gerbang budaya dan tradisi Tionghoa masuk ke keraton Cirebon. Para pembatik keraton menuangkan budaya dan tradisi Tionghoa ke dalam motif batik ini, namun dengan sentuhan khas Cirebon.

www.kelaspintar.id

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *