Zaman praaksara adalah ketika manusia belum mengenal tulisan, pada masa tersebut manusia masih menggunakan peralatan sederhana dari batu atau tulang binatang untuk bertahan hidup. Zaman praaksara sendiri dalam pembabakan secara arkeologi dibedakan menjadi zaman batu dan zaman logam.

Pembagian zaman tersebut berdasarkan peninggalan atau sisa-sisa kehidupan manusia di zaman praaksara. Pada zaman batu maka hasil kebudayaan manusia dahulu terbuat dari batu. Sedangkan pada zaman logam manusia sudah mengenal bahan selain batu untuk membuat peralatan bertahan hidup, sehingga memunculkan kebudayaan di zaman logam.

Pada zaman batu dan zaman logam terdapat perbedaan kehidupan manusia kala itu, baik dari cara bertahan hidup, rumah ataupun hasil kebudayaanya.

Nah, untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana corak kehidupan manusia pada zaman logam perhatikan penjelasan berikut ini.

Ciri-ciri kehidupan manusia saat zaman logam

Zaman logam dikenal dengan zaman perundagian, dimana kata undagi diartikan sebagai seseorang yang ahli melakukan pekerjaan tertentu. saat masa ini manusia telah lebih maju kehidupan dan cara berpikirnya dibanding dengan zaman sebelumnya. Mereka sudah mempunyai keterampilan membuat alat-alat dari bahan perunggu.

Kehidupan manusia pada zaman logam sudah mengenal pembagian kerja dan keahlian tertentu. Manusia telah mengenal peralatan yang dibuat dari logam. Zaman perunggu juga merupakan hasil dari asimilasi dari penduduk asli Indonesia dengan bagsa Mongoloid yang diperkirakan menjadi nenek moyang bangsa Indoensia.

Beberapa ahli meyakini bahwa zaman logam dimulai pada 10.000 tahun yang lalu, pada masa ini karena manusia telah berkembang cara pikirnya sehingga kebudayaan dan hasil peninggalanya juga sudah maju. Ciri-ciri atau corak kehidupan manusia pada masa ini antara lain adalah sebagai berikut.

  • Memiliki keterampilan membuat perkakas dari logam yang digunakan sebagai senjata atau alat upacara.
  • Telah bekerja secara kelompok dan mengetahui pembagian tugas sesuai dengan keahlian
  • Kemampuan bercocok tanam yang sudah mahir
  • Adanya kepercayaan animisme dan dinamisme
  • Telah dapat membuat dan menggunakan perhiasan dari emas
  • Mulai berkembangnya perdagangan antar pulau
  • Ada norma yang sudah diterapkan untuk mengatur kehidupan
  • Mata pencaharian berdagang, bercocok tanam

Selain ciri-ciri tersebut pada zaman logam manusia telah memiliki keterampilan mengolah logam dengan menggunakan suatu teknik yakni teknik cetak tuang (a Cire Perdue) dan teknik dua setangkap (Bivalve).

  • Teknik a cire perdue merupakan teknik tuang dimana manusia membuat model logam menggunakan lilin atau tanah liat yang diberi loubang lalau dikeringkan, kemudian darilubang tersbeut dimauskan cairan logam yang sudah dilelehkan di tunggu hingga dingin dan jadi alat yang diinginkan.
  • Teknik bivalve merupakan teknik membuat cetakan model dengan model yang ditangkupkan, logam cair dituangkan  kedalam cetakan tersebut dan daling di tangkuban kedua cetakan, tunggu hingga dingin dna jadikan benda logam yang diinginkan.

Pembagian zaman logam dan hasil kebudayaannya

Berdasarkan perkembangannya, zaman logam dibagi menjadi tiga periode yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.

Namun, di Indonesia sendiri hanya melewati zaman perunggu dan zaman besi, untuk zaman tembaga tidak ditemukan hasil kebudayaan atau peninggalan manusia saat zaman tersebut.

Pada setiap periode zaman logam tersebut menghasilkan kebudayaan yang berbeda seusia dengan keterampilan dan kemampuan manusia saat itu.

Zaman tembaga

Ada zaman logam, manusia mulai mengenal logam sebagai bahan dasar yang dapat digunakan untuk membuat berbagai peralatan sehari-hari. Meskipun zaman tembaga ini tidak ditemukan di Indonesia tetapi beberapa negara seperti Malaysia, Kamboja, Vietnam dan Thailand mengalami periode zaman tembaga ini dengan ditemukannya sisa-sisa kebudayaan dari bahan tembaga.

Zaman perunggu

Periode zaman logam pertama adalah zaman perunggu yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson, hal tersebut dikarenakan perkiraan bahwa kebudayan ini masuk ke Indonesia berasal dari Cina tepatnya Dongson Tongkin.

Pada zaman perunggu manusia telah mencampurkan tembaga dan timah sehingga menghasilkan logam yang kuat dan keras. Beberapa kebudayaan yang ditemukan pada zaman ini antara lain adalah sebagai berikut.

  • Kapak corong

Kapak corong mempunyai bagian tangkai yang menyerupai corong dan bagian tajam yang seperti kapak batu. Biasanya hasil kebudayaan kapak corong pada zaman logam sudah dihiasi dengan beberapa pola hiasan dan digunakan untuk keperluan upacara. Kapak corong di Indonesia ditemukan di daerah Kepulauan Selayar, Sumatera Selatan Danau Sentani, Papua, Jawa Bali dan Sulawesi Tengah.

Fungsi lain dari kapak ini adalah untuk mencangkul untuk ukuran besar, sedangkan ukuran kecil digunakan untuk mengerjakan kayu.

  • Nekara perunggu

Nekara merupakan sejenis dandang yang biasanya digunakan untuk mas kawin manusia pada zaman logam. Bentuknya seperti genderang besar dengan pinggang pada bagian tengah dan bagian atasnya tertutup. Fungsi lain dari nekara adalah untuk simbol status sosial dan alat upacara seperti upacara pemanggilan roh atau pemanggilan hujan.

Nekara disebut juga moko yang banyak ditemukan di Sumatra, Jawa Bali, Sumbawa, Pulau Roti, Pulau Selayar dan Pulau Leti.

  • Bejana perunggu

Bentuk bejana perunggu pada zaman logam menyerupai gitar Spanyol tap tidak mempunyai tangkai. Bejana ini sudah mempunyai pola hiasan, bejana perunggu ditemukan di Sumatra dan Madura.

Zaman Besi

Pada periode zaman besi manusia sudah lebih maju lagi dari periode sebelumnya , karena sudah dapat melakukan peleburan besi dan bijinya yang kemudian dituang kedalam cetakan untuk menjadi peralatan sehari-hari.

Teknik peleburan besi merupakan salah satu teknik sulit jika dibanding dengan tembaga atau perunggu, karena membutuhkan panas yangs angat tinggi. Panas yang dibutuhkan untuk meleburkan besi kurang lebih 3500 derajat celcius.

Hasil kebudayaan zaman besi di Indonesia yang ditemukan antara lain pisau, sabit, mata kapak, pedang, dan mata tombak. Peralatan tersebut tersebar dan ditemukan di Gunung Kidul Yogyakarta, Bogor Jawa Barat, Besuki dan Punung Jawa Timur.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *