Ide dari tarian Merak sendiri adalah ketika Raden Tjejep Somantri melihat tarian Dadak Merak di Reog Ponorogo, oleh karena itu aksesoris kepala tarian Merak menggunakan manik-manik seperti tasbih yang terdapat pada burung merak di Reog Ponorogo.
Selain hiasan kepala yang menyerupai kepala burung merak, dalam pertunjukannya pakaian yang dikenakan para penari memiliki motif seperti bulu burung merak. Ditambah dengan sepasang sayap yang juga menggambarkan sayap atau ekor burung merak yang dipasang di punggung penari. Ujung sayapnya ditempelkan pada jari tangan penari sehingga saat direntangkan lengannya membentuk burung merak yang sedang melebarkan sayapnya.
Tarian ini biasanya ditarikan bersama-sama, biasanya tiga atau lebih penari yang masing-masing memiliki fungsi sebagai burung merak betina dan jantan. Iringan lagu gending adalah lagu Macan Ucul.
Sejarah Tari Merak
Menurut sejarahnya, tarian ini diciptakan pada tahun 1950-an oleh seorang seniman dan koreografer Jawa Barat bernama Raden Tjeje Somantri. Pada awalnya penciptaan tarian ini dimaksudkan untuk menghibur para delegasi Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955.
Sejak penciptaannya, Tari Merak Sunda Tjeje hanya dipentaskan sebanyak lima kali yaitu dalam rangkaian kegiatan Konferensi Asia Afrika di halaman belakang Gedung Pakuan tahun 1955, 1955 di Orient Hotel Bandung, 1957 dalam rangka menyambut kehadiran dari Voroshilof, Presiden Uni Soviet (Rusia) di gedung Pakuan. , di hotel Savoy Homann pada tahun 1958, dan pada tahun 1958 dalam pertunjukan tari di YPK.
Sepeninggal Raden Tjeje Somantri pada tahun 1963, Irawati Durban sebagai muridnya menyempurnakan tatanan tari dengan menata ulang struktur koreografi tari.
Seiring dengan perkembangan zaman, tarian Merak mulai dikenal luas. Tarian ini merupakan tarian modern atau kontemporer, dimana setiap gerakan dalam tarian ini dikreasikan secara bebas dengan kreasinya masing-masing.