Memahami Ketimpangan Pendapatan – Apa yang dimaksud dengan ketimpangan pendapatan? Apa yang menyebabkan ketimpangan pendapatan? Agar lebih memahaminya, kali ini kita akan membahas pengertian ketimpangan pendapatan menurut para ahli, penyebab dan indikator ketimpangan pendapatan secara lengkap.

Baca juga : Memahami Ketimpangan Sosial

Isi

bersembunyi

2
Pengertian Ketimpangan Pendapatan Menurut Para Ahli

2.1
Robert E. Baldwin (1986)

2.2
Sukirno (2006)

2.3
Kuncoro (2006)

2.4
Smith dan Todaro (2006)

3
Konsep Ketimpangan Pendapatan

3.1
Ketimpangan Absolut

3.2
Ketimpangan Relatif

4
Penyebab Ketimpangan Pendapatan

5
Indikator Ketimpangan Pendapatan

5.1
Distribusi Ukuran

5.2
Bank Dunia

5.3
Kurva Lorenz

5.4
Rasio Gini

Memahami Ketimpangan Pendapatan

Pengertian ketimpangan pendapatan merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya perbedaan taraf hidup, kesejahteraan, dan perolehan pendapatan individu maupun rumah tangga dalam masyarakat sehingga menimbulkan ketimpangan distribusi antar wilayah akibat perbedaan ketersediaan sumber daya dan faktor produksi.


Pengertian kesenjangan pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang harus diperhatikan karena didasarkan pada ukuran kemiskinan relatif, yaitu menghitung kemiskinan berdasarkan rasio distribusi pendapatan daerah.

Singkatnya, kesenjangan pendapatan adalah perbedaan kesejahteraan ekonomi antara masyarakat berpendapatan tinggi (kaya) dan masyarakat berpendapatan rendah (miskin). Atau bisa juga diartikan sebagai peningkatan pendapatan riil masyarakat kaya dan penurunan pendapatan riil masyarakat miskin.


Ketimpangan pendapatan menggambarkan distribusi hasil pembangunan daerah atau negara, baik yang diterima oleh masing-masing individu maupun kepemilikan aspek produksi dalam masyarakat, secara merata.

Negara-negara baru yang mulai berkembang mempunyai risiko ketimpangan pendapatan lebih besar, sedangkan negara-negara maju dengan pendapatan setara atau negara-negara dengan ketimpangan rendah.

Pengertian Ketimpangan Pendapatan Menurut Para Ahli

Robert E. Baldwin (1986)

Pengertian ketimpangan pendapatan adalah perbedaan kesejahteraan ekonomi antara kelompok kaya dan miskin, hal ini terlihat dari perbedaan pendapatan.

Sukirno (2006)

Ketimpangan pendapatan merupakan suatu konsep yang membahas tentang distribusi pendapatan setiap orang atau rumah tangga dalam masyarakat.

Kuncoro (2006)

Ketimpangan pendapatan diartikan sebagai taraf hidup yang ada pada seluruh masyarakat akibat adanya kesenjangan antar wilayah, yaitu perbedaan sumber daya dan faktor produksi.

Baca juga : Memahami Pendapatan Nasional

Smith dan Todaro (2006)

Yang dimaksud dengan ketimpangan pendapatan adalah adanya perbedaan penerimaan pendapatan masyarakat sehingga menyebabkan tidak meratanya distribusi pendapatan nasional antar masyarakat.


Konsep Ketimpangan Pendapatan

Ada 2 konsep untuk mengukur ketimpangan pendapatan, antara lain:

Ketimpangan Absolut

Pengertian ketimpangan absolut adalah suatu konsep pengukuran ketimpangan dengan menggunakan ukuran nilai absolut.

Ketimpangan Relatif

Pengertian ketimpangan relatif adalah suatu konsep pengukuran ketimpangan distribusi pendapatan dengan cara membandingkan pendapatan yang diperoleh individu atau kelompok masyarakat dengan jumlah seluruh pendapatan yang diperoleh.

Penyebab Ketimpangan Pendapatan

Berdasarkan pendapat Todaro (2006), pola distribusi pendapatan yang semakin timpang berarti pertumbuhan ekonomi akan meningkat karena rasio tabungan masyarakat kaya lebih tinggi dibandingkan masyarakat tidak kaya sehingga tingkat tabungan agregat
mengalami peningkatan yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi dan penanaman modal juga meningkat.

Berdasarkan pendapat Hajiji (2010), ketimpangan pendapatan dapat diketahui dengan melihat tingkat kemajuan pembangunan, keberagaman etnis dan kegagalan pemerintahan serta adanya kediktatoran dalam suatu negara.

Hal ini membuat distribusi pendapatan semakin memburuk, kemudian distribusi pendapatan meningkat dan ketimpangan menurun sehingga tercipta pemerataan dalam masyarakat.

Sedangkan Arsyad (2010) berpendapat ada 8 faktor penyebab terjadinya kesenjangan pendapatan di suatu daerah, antara lain:

  • Menurunnya pendapatan per kapita disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk.
  • Terjadi inflasi yaitu peningkatan pendapatan namun tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah barang yang diproduksi.
  • Terjadinya pembangunan yang tidak merata antar wilayah.
  • Mobilitas sosialnya rendah.
  • Nilai tukar mata uang negara berkembang memburuk dalam perdagangan dengan negara maju akibat inelastisnya permintaan barang ekspor dari negara maju ke negara berkembang.
  • Usaha kerajinan rakyat seperti industri rumah tangga dan lain-lain mengalami kehancuran.
  • Kebijakan industri substitusi impor yang diterapkan menyebabkan kenaikan harga guna mempertahankan bisnis kapitalis.
  • Banyaknya penanaman modal pada proyek padat modal, sehingga keuntungan tambahan pendapatan modal kerja lebih besar dibandingkan keuntungan pendapatan kerja, sehingga jumlah pengangguran semakin meningkat.

Indikator Ketimpangan Pendapatan

Ada beberapa metode pengukuran atau indikator ketimpangan pendapatan, antara lain:

Distribusi Ukuran

Todaro & Smith berpendapat bahwa ukuran yang sering digunakan oleh para ekonom untuk mengukur ketimpangan pendapatan adalah distribusi pendapatan atau distribusi pendapatan individu, dimana ukuran ini menghitung besarnya pendapatan yang diperoleh setiap rumah tangga atau diterima setiap orang.

Baca juga : Memahami Status Sosial Ekonomi

Secara umum, hal pertama yang harus dihitung untuk mengetahui ketimpangan adalah dengan membandingkan persentase pendapatan yang diperoleh 40% penduduk miskin dengan persentase pendapatan yang diperoleh 20% penduduk kaya. Ketimpangan dikatakan parah jika 40% penduduk miskin memperoleh pendapatan kurang dari 12% pendapatan nasional, dan ketimpangan dikatakan ringan jika 40% penduduk miskin memperoleh pendapatan nasional sebesar 17%.

Dilihat dari besarnya sebarannya, tingkat ketimpangan pendapatan dibedakan menjadi (Hudiyanto: 2014):

  • Ketimpangan dikatakan ringan jika total pendapatan 40% penduduk termiskin berada di atas 17% pendapatan nasional.
  • Ketimpangan sedang, jika pendapatan 40% penduduk termiskin berkisar antara 12%-17% dari pendapatan nasional.
  • Ketimpangan parah, jika total pendapatan 40% penduduk termiskin kurang dari 12% pendapatan nasional.

Bank Dunia

Bank Dunia menyatakan bahwa pengukuran pendapatan dilakukan dengan menghitung persentase pendapatan penduduk dengan membandingkan penduduk berpendapatan rendah dengan total pendapatan penduduk. Menurut Bank Dunia, ketimpangan pendapatan digolongkan menjadi 3, diantaranya

  • Ketimpangan rendah, yaitu pendapatan 40% penduduk miskin > 17% dari total pendapatan.
  • Ketimpangan sedang, yaitu pendapatan 40% penduduk miskin berkisar antara 12-17 persen dari pendapatan keseluruhan.
  • Ketimpangan masih tinggi, dimana pendapatan 40% penduduk miskin <12% dari total pendapatan.

Kurva Lorenz

Conrad Lorens merupakan tokoh yang pertama kali memperkenalkan kurva Lorenz, yaitu kurva untuk menganalisis distribusi pendapatan perseorangan. Kurva Lorens ini menjelaskan hubungan antara kelompok masyarakat dengan pembagian pendapatannya. Dijelaskan pula hubungan antara persentase jumlah penduduk dengan persentase pendapatan yang diperoleh. Perhatikan gambar kurva Lorenz berikut.

Kurva Lorenz

Kurva Lorenz berbentuk persegi dengan bagian vertikal mewakili persentase pendapatan nasional dan bagian horizontal mewakili persentase jumlah penduduk. Letak kurva ini berada pada diagonal utama persegi. Jika kurva Lorenz semakin lurus dan mendekati diagonal berarti distribusi pendapatan semakin merata, dan jika kurva Lorenz semakin melengkung atau menjauh berarti ketimpangan semakin parah.

Baca juga : Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Rasio Gini

Tokoh yang menciptakan rasio Gini adalah Corrado Gini. Rasio Gini dihitung menggunakan kurva Lorenz dengan membandingkan luas wilayah yang dipisahkan oleh garis daerah dengan garis lengkung sebagai simpangan diagonal. Nama lain dari rasio Gini adalah indeks Gini atau koefisien Gini.

Angka indeks Gini antara 0 dan 1. Jika angka Gini = 0 maka menjelaskan adanya kesetaraan sempurna antar penduduk dengan pendapatan yang sama, jika angka Gini = 1 maka menjelaskan adanya ketimpangan sempurna.

Rasio Gini juga menjelaskan kesenjangan dengan menggunakan alat analisis rasio, termasuk produk domestik bruto dan pendapatan per kapita suatu negara. Selain itu, digunakan untuk menghitung ketimpangan distribusi pendapatan penduduk di berbagai negara dan banyak sektor. Indeks ini dapat menunjukkan perubahan distribusi pendapatan di suatu negara dalam periode tertentu, sehingga dapat mengetahui apakah ketimpangan di suatu negara semakin berkurang atau semakin meningkat.

Perhatikan gambar kurva rasio Gini berikut ini:

Kurva Indeks Gini

Rumus menghitung indeks Gini:

Rumus Indeks Gini

Informasi:
G = Rasio Gini
Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan i
Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan golongan-i
Qi-1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan golongan i
k = Jumlah kelas pendapatan

Terdapat 5 tingkat ketimpangan pendapatan yang dilihat dari indeks Gini (Sastra, 2017), antara lain:

  • Ketimpangan sangat rendah, hal ini terjadi bila indeks Gini <0,2.
  • Ketimpangan rendah terjadi ketika indeks Gini berada pada angka 0,2-0,39.
  • Ketimpangan sedang terjadi ketika indeks Gini berada pada angka 0,4-0,59.
  • Ketimpangan yang tinggi terjadi ketika indeks Gini berada pada angka 0,6-0,79.
  • Ketimpangan sangat rendah, hal ini terjadi ketika indeks Gini sebesar 0,8.

Baca juga : Memahami Rasio Keuangan

Demikianlah artikel yang membahas tentang pengertian ketimpangan pendapatan menurut para ahli, penyebab dan indikator ketimpangan pendapatan secara lengkap. semoga bermanfaat


Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *