Pusatdapodik.com – Inkuiri apresiatif (IA) merupakan sebuah paradigma sekaligus model manajemen perubahan. Yang mana memegang prinsip atas psikologi positif dan pendidikan positif, serta pendekatan berbasis kekuatan. Inkuiri apresiatif juga didefinisikan sebagai suatu paradigma berbasis kekuatan yang dijalankan dalam suasana positif dan apresiatif.

Pendekatan Inkuiri apresiatif dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa. Manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan terhadap masalah apa yang terjadi dan apa saja yang salah dari proses tersebut untuk diperbaiki. Hal ini tidak sama dengan Inkuiri apresiatif yang mana berusaha untuk berfokus pada kekuatan yang dimiliki pada setiap anggota. Dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi.

Maksud Dari Inkuiri Apresiatif

Inkuiri apresiatif biasanya menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan Inkuiri apresiatif ini percaya bahwa setiap orang mempunyai inti positif yang dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan. Dalam implementasinya, Inkuiri apresiatif ini dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai serta kekuatan yang dimiliki organisasi. Tepatnya sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melaksanakan perencanaan perubahan.

Dengan begitu, maksud dari inkuiri apresiatif yaitu untuk memungkinkan komunitas di lingkungan sekolah melakukan ko-kreasi atau kolaborasi. Yang mana berangkat dari kekuatan asset yang dimiliki sehingga hasilnya akan lebih kontekstual. Berbicara terkait kekuatan dan hal positif, paradigma Inkuiri apresiatif juga sejalan dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara. Yaitu bahwa anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri, baik kodrat alam ataupun kodrat zaman.

Pendekatan paradigma IA ini sejatinya menggali potensi pada diri setiap anak sesuai kodratnya masing-masing. Paradigma ini sangat cocok dijadikan sebagai salah satu metode untuk mencapai visi yang sesuai dengan visi Ki Hajar Dewantara.

Model BAGJA (Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi) adalah suatu tahapan yang kan membantu dalam menerapkan paradigma inkuiri apresiatif.

Relasi nantinya akan mendorong terjalinnya komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik mampu mendorong terwujudnya kolaborasi. Oleh sebab itu, jika Anda mau semua pihak berkontribusi dalam mewujudkan perubahan yang diinginkan. Maka Anda harus lebih dulu fokus untuk menguatkan relasi bersama dengan semua pihak yang ada di lingkungan pengaruh Anda nantinya.

Dalam hai ini, ATM (Amati Tiru Modifikasi) merupakan latihan paling sederhana yang akan memudahkan Anda dalam membiasakan diri untuk merumuskan BAGJA yang mana sesuai dengan konteks di lingkungan sekolah Anda sendiri. Hal yang paling penting sebelum menjawab pertanyaan yang telah disusun yaitu dengan melakukan tindakan penyelidikan. Dalam hal ini, pertanyaan dijawab bersamaan dengan terlebih dahulu melaksanakan tindakan penyelidikan sedapat mungkin tindakan penyelidikan dilaksanakan bersama orang lain. Hal ini dilakukan karena BAGJA merupakan proses yang kolaboratif.

Bagaimana Saya Membayangkan Penerapan Inkuiri Apresiatif dalam Konteks Saya Sehari-hari Sebagai Pendidik?

Hal yang saya bayangkan dalam penerapan IA pada konteks sebagai pendidik yaitu saya akan menerapkan model BAGJA pada proses PERUBAHAN yang akan dibuat. Yakni dengan memahami kekuatan ataupun potensi positif apa yang dimiliki. Baik itu dari dalam diri ataupun lingkungan, kemudian menyusun rencana perubahan atau visi yang sesuai dengan pendekatan inkuiri apresiatif.

Selanjutnya, saya melakukan evaluasi terhadap hal positif yang ada lalu berkolaborasi bersama dengan semua pihak demi terwujudnya visi tersebut. Dan menginventarisir kendala yang muncul lalu mencari solusi bersama dengan mengedepankan musyawarah.

Kegiatan berikutnya yaitu bekerja sama dengan berbagai unsur (diantaranya kepala sekolah, guru, murid, orangtua murid, pemangku kepentingan, serta unsur masyarakat), melakukan peran masing-masing dengan baik. Dan akan meminta dukungan dari seluruh pihak dan melakukan pendekatan pada semua yang terlibat dalam perubahan tersebut.

Harapannya dengan mengimplementasikan model BAGJA dalam perwujudan IA ini yakni proses perubahan yang disusun bisa terlaksana dengan baik. Berikut ini perubahan yang akan dilaksanakan dengan penerapan inkuiri apresiatif model BAGJA, yaitu:

  • Pembiasaan budaya positif yang berupa agamis, sapa, senyum, salam serta santun dalam ekosistem sekolah
  • Menciptakan pembelajaran berpihak pada murid
  • Menggali potensi diri murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya
  • Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan bermakna
  • Menumbuhkan motivasi intrinsik pada murid
  • Dan pembiasaan budaya positif cinta lingkungan.

Kesimpulan

Alur berpikir dalam mengelola perubahan biasanya menggunakan paradigma inkuiri apresiatif di sekolah. Dimulai menyusun visi, lalu diturunkan menjadi prakarsa perubahan, dan dicapai dengan kolaboratif menggunakan tahapan BAGJA.

BAGJA dimulai dengan pertanyaan untuk memfasilitasi perubahan supaya secara organik datang dari dalam diri serta sekolah sendiri. Dalam ATM pertanyaan BAGJA membutuhkan latihan terus menerus. Jawaban pertanyaan dicari bersamaan dengan melalui tindakan penyelidikan, tidak cukup hanya dijawab sendiri.

Sebagai guru penggerak yang menjadi PEMIMPIN PERUBAHAN maka perlu menerapkan pendekatan Inkuiri apresiatif model BAGJA. Guna sebagai salah satu cara dalam meningkatkan organisasi atau sekolah ataupun pembelajaran di dalam atau di luar kelas. Dalam hal ini, tentunya kolaborasi antar pemangku kepentingan menjadi hal yang wajib dilakukan guna mencapai hasil yang lebih maksimal.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *