Tirta Dalam Coaching Guru Penggerak, Yuk Pahami Alurnya!

Table of content:
PUSAT DAPODIK – Memahami alur Tirta dalam coaching guru penggerak sangat penting dipahami para tenaga pendidik, terutama bagi guru yang sedang menjalani Pendidikan Guru Penggerak. Tirta adalah salah satu metode coaching yang bisa membantu mengatasi masalah pembelajaran.
Pendidikan Guru Penggerak merupakan suatu program pendidikan kepemimpinan yang dikhususkan bagi guru agar dapat menjadi pemimpin pembelajaran serta mendorong tumbuh kembang siswa.
Guru penggerak juga mempunyai andil dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Salah satu caranya adalah dengan memotivasi guru lain agar bisa menerapkan pendekatan belajar yang fokusnya ada pada murid.
Program pendidikan guru penggerak ini berlangsung selama 6 bulan secara daring. Kegiatan belajar dilaksanakan dengan melalui pelatihan online, lokakarya, konferensi, serta pendampingan. Selama program, para guru nantinya akan diberikan modul pembelajaran yang berisi berbagai macam materi kompetensi, salah satunya yaitu coaching. Lalu, apa itu Tirta dalam coaching? Dibawah ini adalah penjelasannya.
Pengertian Coaching
Sebelum menjelaskan terkait metode Tirta dalam program Guru Penggerak, guru perlu memahami terlebih dahulu terkait pengertian coaching. Pada umumnya, coaching diartikan sebagai suatu proses pendekatan guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta pemberdayaan individu dengan cara memfasilitasi pertumbuhan pribadi.
Coaching bisa diterapkan di setiap bidang pekerjaan, termasuk diantaranya dalam dunia pendidikan. Dilansir dari buku Supervisi Akademik: Teknik Coaching Peningkat Guru dalam Pembelajaran di Kelas oleh Maryanti (2023), coaching menjadi kunci pembuka potensi seseorang untuk dapat memaksimalkan kinerja ataupun prestasinya.
Di dalam dunia pendidikan, coaching sendiri bisa dilakukan oleh guru ataupun kepala sekolah. Coaching memiliki tujuan untuk dapat menuntun coachee (murid atau guru) dalam mengatasi berbagai macam masalah yang dihadapi.
Alur Tirta dalam Coaching
Dalam kegiatan pembinaan, peran coach ini sendiri hanya sebagai pendengar aktif. Keputusan atas suatu masalah yang dihadapi yakni ada di tangan coachee. Coaching dalam dunia pendidikan sendiri dapat dilakukan dengan menerapkan metode Tirta.
Dilansir dari laman Kemdikbud, Tirta adalah sebuah metode coaching yang berfokus pada tujuan, identifikasi, rencana aksi, dan tanggung jawab individu. Pengadaan coaching dengan metode Tirta ini sendiri hampir mirip dengan teknik IGROW (Intention, Goal, Reality, Option, dan Will). Dibawah ini adalah penjelasan lengkap terkait alur coaching dengan metode Tirta
1. Tujuan
Coaching dengan menerapkan metode Tirta sendiri diawali dengan menetapkan tujuan. Dalam tahap ini masing-masing pihak (coach dan coachee) telah menyepakati tujuan pembicaraan yang nantinya akan dilaksanakan.
Beberapa hal yang bisa ditanyakan dalam tahap tujuan yaitu rencana pertemuan, tujuan dari pertemuan, dan ukuran keberhasilan dari pertemuan yang nantinya akan dilaksanakan.
2. Identifikasi
Coach nantinya akan melakukan pemetaan situasi atau masalah kemudian menghubungkannya dengan fakta yang ada. Dalam tahap ini, coachee sendiri bisa mengemukakan kekuatan dan kelemahannya dan mampu mengambil solusi atas jalan pemecahannya.
3. Rencana Aksi
Rencana aksi merupakan suatu rancangan kegiatan yang nantinya akan dilakukan sebagai solusi dari suatu permasalahan. Dalam tahap ini, coachee bisa menyampaikan strategi untuk dapat menyelesaikan masalahnya.
4. Tanggung Jawab
Di tahap akhir, coachee akan membuat komitmen atas hasil yang dicapai. Hasil tersebut lalu dijadikan acuan untuk dapat mengambil dan menentukan langkah selanjutnya.
Dalam pengadaan supervisi dengan menggunakan teknik coaching, dibutuhkan komunikasi atau percakapan yang sesuai dengan masalah. Salah satu teknik yang bisa digunakan dalam percakapan coaching yaitu alur TIRTA. Alur TIRTA dalam coaching merupakan suatu metode yang berdasarkan pada tujuan, identifikasi, rencana aksi, serta tanggung jawab.
Penjelasan Alur TIRTA dalam Coaching Sebuah Masalah
Saat berjalannya coaching, seseorang bisa menggunakan alur TIRTA untuk dapat membentuk proses komunikasi. Berdasarkan pada buku Supervisi Akademik: Teknik Coaching Peningkat Guru dalam Pembelajaran di Kelas, Maryanti (2023: 40), berikut ini merupakan penjelasan masing-masing tahap:
1. Tujuan
Dalam tahap ini masing-masing orang telah menyepakati tujuan pembicaraan yang nantinya akan dilaksanakan. Setiap orang diharapkan dapat menyampaikan tujuan percakapannya. Hal-hal yang bisa ditanyakan yaitu rencana pertemuan, tujuan dari pertemuan, serta ukuran keberhasilan dari pertemuan yang akan dilakukan terkait dengan kegiatan supervisi.
2. Identifikasi
Dalam tahap identifikasi, coach akan melakukan penggalian dan pemetaan pada situasi yang sedang dibicarakan serta dihubungkan pada hal-hal yang nyata ataupun fakta yang ada saat supervisi berlangsung. Masing-masing orang bisa mengemukakan kekuatan dan kelemahannya dan dapat mengambil solusi jalan pemecahannya.
3. Rencana Aksi
Rencana aksi yang dimaksud yaitu suatu kegiatan atau rencana yang akan dilaksanakan dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Hal-hal yang mungkin bisa disampaikan kepada coach yaitu pernyataan yang menyangkut rencana dan strategi.
4. Tanggung Jawab
Dalam tahap akhir, masing-masing orang akan membuat komitmen atas hasil yang dicapai untuk dapat mengambil dan menentukan langkah selanjutnya. Pertanggungjawaban coachee dilaksanakan terhadap rencana aksi atau komitmennya.
Kesimpulan
Dengan melalui alur TIRTA ini diharapkan masing-masing orang bisa melaksanakan supervisi dengan berbasis coaching secara efisien, efektif, dan bermakna. Itulah diatas pembahasan terkait Alur TIRTA dalam coaching yang merupakan metode berdasarkan pada tujuan, identifikasi, rencana aksi, dan tanggung jawab. Semoga informasi lengkap yang di sampaikan di atas dapat bermanfaat bagi Anda!