PusatDapodik
Home Guru Macam-macam Model Pengembangan Kurikulum Lengkap dengan Penjelasannya

Macam-macam Model Pengembangan Kurikulum Lengkap dengan Penjelasannya

Macam macam Model Pengembangan Kurikulum Lengkap dengan Penjelasannya.webp

Halo Pak/Bu, apa kabar? Semoga sehat selalu, ya.

Mungkin Anda sangat paham bahwa kurikulum di Indonesia akan terus dikembangkan secara berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih fleksibel dan sesuai dengan perkembangan zaman. Sebagai kerangka dasar pendidikan, kurikulum tidak dapat dikembangkan begitu saja. Ada banyak tahapan yang harus diperhatikan dengan mengacu pada beberapa model pengembangan. Lalu, apa saja model-model pengembangan kurikulum? Yuk, simak ulasan berikut ini.

Apa itu Model Pengembangan Kurikulum?

Model pengembangan kurikulum merupakan suatu pola atau pedoman yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan suatu kurikulum. Tidak hanya kurikulum, semua kegiatan pasti memiliki model peraturan tertentu, misalnya model pembelajaran, model kegiatan, model wisata, dan lain-lain. Dengan model ini, pengembangan kurikulum dapat berjalan secara sistematis dan lebih terarah.

Apa Model Pengembangan Kurikulum?

Menurut Peter Oliva dalam bukunya “Mengembangkan Kurikulum“Model pengembangan kurikulum terbagi menjadi dua, yaitu pengembangan kurikulum deduktif dan pengembangan kurikulum induktif. Apa perbedaan keduanya? Pengembangan kurikulum deduktif menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat umum hingga hal-hal yang khusus. khusus untuk hal-hal yang sifatnya umum.

Berbagai Model Pengembangan Kurikulum?

Macam-macam model pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut.

Model Tyler

Model Tyler dikembangkan oleh seorang penulis Amerika yaitu Ralph Tyler pada tahun 1940. Model ini termasuk dalam model pengembangan deduktif. Menurut Tyler, pengembangan kurikulum harus melalui empat tahapan, yaitu sebagai berikut.

  1. Analisis tujuan (objectives)
    Pengembangan kurikulum diawali dengan menganalisis tujuan terlebih dahulu. Analisis mengacu pada tiga kelompok data, yaitu siswa, kehidupan siswa di luar sekolah, dan beban mata pelajaran.
  2. Pengalaman belajar siswa (memilih pengalaman belajar)
    Pengalaman siswa adalah interaksi antara siswa dengan lingkungan dan bagaimana siswa belajar selama di kelas. Pada tahap ini, pengembang kurikulum harus mengacu pada beberapa prinsip yaitu pengalaman harus mengacu pada tujuan yang ingin dicapai dan aktivitas siswa.
  3. Pengorganisasian pengalaman belajar (organizing learning experience)
    Pengalaman belajar dapat diatur dalam dua cara, yaitu cara vertikal dan horizontal. Pengorganisasian vertikal dilakukan dengan menghubungkan pengetahuan yang sama tetapi pada tingkatan yang berbeda. Sedangkan pengorganisasian secara horizontal dilakukan dengan menghubungkan pengalaman belajar dari beberapa bidang yang berbeda pada tingkat yang sama.
  4. Evaluasi
    Evaluasi meliputi penilaian yang menitikberatkan pada tujuan pembelajaran.

model tabah

Model Taba dikembangkan oleh seorang pendidik asal Estonia, yaitu Hilda Taba pada tahun 1962. Menurut Taba, pengembangan kurikulum harus melalui lima tahapan sebagai berikut.

  1. Melakukan percobaan
    Pada tahap ini, guru melakukan kajian mendalam untuk menganalisis hubungan antara teori dan praktik. Kegiatan ini dilakukan melalui praktik atau eksperimen di dalam kelas hingga diperoleh data yang relevan. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk menguji teori-teori yang ada.
  2. Melakukan pengujian pada unit percobaan
    Tahapan ini bertujuan untuk menguji keabsahan data yang diperoleh. Caranya, guru melakukan percobaan lagi di luar kelas.
  3. Perbaikan (revisi) dan konsolidasi
    Data yang diperoleh di luar kelas akan dijadikan acuan untuk perbaikan atau revisi. Setelah perbaikan, akan dilakukan konsolidasi untuk menarik kesimpulan atas hal-hal yang bersifat umum. Mengingat unit percobaan yang telah dilakukan belum tentu cocok untuk sekolah atau instansi lain.
  4. Mengembangkan kerangka kurikulum secara keseluruhan
    Pada tahap ini, pengembang kurikulum melakukan kajian untuk memastikan kesesuaian antara konsep dan kondisi.
  5. implementasi kurikulum
    Setelah dinyatakan layak, barulah kurikulum dapat diterapkan secara bertahap ke wilayah yang lebih luas.

Jika mengacu pada fokus pemecahan masalah, maka metode Taba termasuk dalam pengembangan kurikulum induktif.

Model Roger

Model Rogers dikembangkan oleh seorang psikolog Amerika, yaitu Carl Ransom Rogers. Semasa hidupnya, Rogers mengenyam pendidikan di beberapa universitas ternama di Amerika, seperti University of Columbia dan University of Wisconsin-Madison. Menurut Rogers, pengembangan kurikulum harus mengacu pada tahapan-tahapan berikut.

  1. Pemilihan sasaran
    Pada tahap ini akan dilakukan pemilihan sasaran sebagai bagian dari kelompok intensif dalam suatu sistem pendidikan.
  2. Pengalaman guru
    Pada tahap ini, guru harus ikut serta membentuk pengalaman kelompok yang intensif bagi guru lainnya.
  3. Mengembangkan kelompok intensif dalam satu kelas atau unit pelajaran
    Selain guru, siswa di kelas juga harus dilibatkan dalam pembentukan pengalaman intensif.
  4. Libatkan peran orang tua
    Orang tua dilibatkan untuk membentuk pengalaman intensif di rumah maupun di luar sekolah. Itu tidak berarti orang tua tidak dapat terlibat sama sekali di sekolah. Namun, orang tua tetap memegang peranan penting dalam lingkungan sekolah. Misalnya, diskusi dengan guru tentang perkembangan siswa, pemantauan pelaporan hasil belajar, konsultasi tentang prestasi siswa, dan lain-lain.

Dari keempat tahapan di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan metode Rogers menitikberatkan pada aktivitas fisik subjek yang terlibat bukan hanya teknis penulisan.

Model Beauchamp

Sebagian besar nama model pengembangan kurikulum diambil dari nama perumusnya, begitu juga dengan model Beauchamp. Model ini dikembangkan oleh seorang ilmuwan asal Amerika, yaitu George Beauchamp. Menurut Beauchamp, pengembangan kurikulum harus mengacu pada lima tahapan berikut.

  1. Menentukan ruang lingkup bidang kurikulum
    Cakupan wilayah kurikulum ini ditentukan oleh pembuat kebijakan yang diberi peran sebagai pengembang kurikulum. Cakupan wilayah yang dimaksud meliputi sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga tingkat negara bagian.
  2. Tentukan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
    Setelah mendapatkan cakupan wilayah yang sesuai, selanjutnya dilakukan pemilihan pihak-pihak yang akan terlibat dalam kegiatan pembangunan seperti ahli kurikulum di tingkat pusat, perguruan tinggi, praktisi pendidikan, hingga tokoh masyarakat yang berperan dalam bidang pendidikan.
  3. Prosedur organisasi dan pengembangan
    Pada tahap ini dilakukan perumusan tujuan umum dan tujuan khusus, pemilihan isi dan pengalaman belajar, evaluasi, dan penetapan desain kurikulum secara keseluruhan.
  4. Pelaksanaan dan penerapan kurikulum
    Setelah semua tahapan dilalui, barulah kurikulum dapat dilaksanakan dan harus disertai dengan evaluasi secara berkala.

Model Arich Lewy

Tahapan pengembangan kurikulum menurut model Arich Lewy adalah sebagai berikut.

  1. Merumuskan tujuan
    Tahap pertama adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai dari penerapan kurikulum. Dalam tujuan harus memuat kompetensi dan nilai-nilai yang diperoleh siswa setelah kurikulum diimplementasikan. Tahap perumusan ini dilakukan oleh pengembang kurikulum yang bekerja sama dengan para ahli di beberapa bidang keilmuan, seperti sosiolog, psikolog, dan pakar terkait lainnya.
  2. Perencanaan kurikulum
    Pada tahap ini, pengembang kurikulum mulai menyusun rencana kurikulum dari silabus hingga RPP. Rencana tersebut harus memuat berbagai aspek, seperti strategi pembelajaran, sistem penilaian, infrastruktur pendukung, dan alokasi anggaran.
  3. Menguji rencana kurikulum
    Setelah perencanaan matang, kurikulum harus diujicobakan di beberapa sekolah. Uji coba ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk mengukur tingkat kesesuaian antara rencana dan kondisi di lapangan serta mengidentifikasi berbagai kekurangan dan kendala yang dihadapi.
  4. Uji lapangan
    Uji lapangan ini hampir sama dengan uji coba desain. Hanya saja cakupan uji cobanya lebih luas dan sudah melalui evaluasi tahap pertama. Setelah uji lapangan selesai, kepala sekolah dan guru akan diberikan berbagai pelatihan terkait kurikulum baru.
  5. Implementasi atau penerapan kurikulum
    Setelah melalui uji coba sebanyak dua kali dan memperoleh hasil yang memuaskan, maka kurikulum tersebut dapat diimplementasikan secara bertahap di semua bidang yang diinginkan.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum tidak hanya mengacu pada satu model atau satu bekal, tetapi banyak model yang dapat dijadikan contoh. Setiap model pengembangan memiliki tahapan yang berbeda, meskipun hasil akhirnya mungkin sama. Apapun pilihan modelnya, tetap harus disesuaikan dengan identitas pendidikan bangsa.

Itulah pembahasan Quipper Blog kali ini. Semoga dapat bermanfaat bagi Bapak/Ibu. Kini kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan secara terpadu melalui Quipper School Premium. Untuk mewujudkannya, jangan lupa untuk bergabung dengan Quipper Teacher Community. Salam Quippers!

www.quipper.com

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad