Kehilangan Belajar – Fenomena pandemi yang belum berakhir di tanah air, mau tidak mau menjadi masalah besar yang harus segera diselesaikan.
Selain itu, kemunculannya juga telah memberikan banyak perubahan di segala lini kehidupan. Salah satunya di bidang pendidikan.
Sehingga yang paling terkena dampak bisa dari pihak pendidik dan sasaran yang harus dididik yaitu para siswa.
Beberapa permasalahan pendidikan yang sebenarnya sudah lama terjadi, lambat laun muncul dan memiliki persentase yang besar dalam menghambat pencapaian kompetensi siswa. Salah satunya adalah Kehilangan Belajar.
Apa itu Kehilangan Belajar?
Learning Loss adalah fenomena dimana seseorang dapat kehilangan informasi tentang keterampilan dan pengetahuan sebagai akibat dari hambatan tertentu untuk belajar secara umum dan khusus. Definisi ini mirip dengan klaim The Glossary of Education Reform.
Secara sederhana, learning loss juga dapat diartikan sebagai penurunan pengetahuan dan keterampilan dalam diri seseorang.
Terjadinya pandemi yang mengakibatkan pembelajaran menjadi online tentunya menjadi salah satu faktor munculnya kembali fenomena tersebut.
Berbagai Faktor Kehilangan Pembelajaran
Selain pandemi tertentu, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang kehilangan kemampuannya baik dari segi ilmu maupun akademis. Beberapa dari mereka adalah:
1. Istilah
Salah satu hal yang menyebabkan generasi mengalami fenomena Learning Loss adalah jangka waktu yang terlalu lama, sehingga menjadi celah bagi siswa untuk tidak mengulang pembelajaran.
Misalnya, durasi liburan yang terlalu lama. Pada saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), beberapa anak bahkan lebih sering terlihat di beberapa tempat wisata.
Tetapi pada saat yang sama, mereka harus belajar. Sehingga liburan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja dengan durasi sesuai interpretasi masing-masing orang tua.
Padahal, pembelajaran yang seharusnya berlangsung tentu menuntut para generasi untuk bisa lebih fokus agar bisa menyerap pembelajaran. Tapi malah disambi dengan liburan.
Biasanya fenomena seperti ini sering terjadi karena komunikasi tidak dapat dikontrol langsung oleh guru.
2. Siswa Tahun Celah
Selain itu, ada faktor kedua yaitu siswa yang memilih untuk kesenjangan – tahun. Artinya, mereka tidak segera melanjutkan pendidikan atau tinggal di kelas. Sub-faktor, tentu saja, bervariasi dari keinginan pribadi hingga masalah keuangan.
Akibatnya, ingatan siswa itu sendiri akan memudar dan bahkan mereka tidak memahami semua yang sebenarnya mereka dapatkan di sekolah.
Salah satu caranya agar siswa tersebut tidak mengalami learning loss, maka mau tidak mau siswa tersebut harus lebih sering melakukan review singkat terhadap mata pelajaran yang telah dipelajari.
4. Memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah atau cuti
Kemudian faktor selanjutnya adalah siswa yang lebih memilih putus sekolah karena kesehatan, persetujuan keluarga dan berbagai masalah darinya.
Di negaranya sendiri, persentase siswa yang memilih putus sekolah dan membantu orang tuanya di rumah sangat tinggi.
Mayoritas dari mereka beralasan bahwa kondisi negara yang mengalami pandemi membuat mereka putus sekolah. Karena tidak ada dana untuk membayar biaya sekolah.
5. Model Pembelajaran Kurang Efektif
Kemudian faktor lainnya yaitu model pembelajaran yang tidak efektif juga dapat membuat kemampuan siswa dalam menyerap aspek pengetahuan dan keterampilan tidak lagi setajam sebelumnya.
Hal ini bisa jadi karena kualitas tenaga kependidikan yang belum mumpuni. Hal ini tentu saja menghambat pemahaman siswa terhadap suatu topik tertentu dan bahkan mandek dalam fase pembelajaran.
Sehingga sangat penting bagi tenaga kependidikan untuk lebih memperhatikan strategi dan mencari berbagai referensi model pembelajaran.
Hal ini agar siswa tidak bosan dan tentunya daya ingatnya tetap tajam. Salah satu strategi yang efektif adalah membuat pembelajaran dan keterampilan dengan mengarahkan generasi untuk menyimpannya dalam memori jangka panjang.
Tapi tentu saja itu tidak mudah. Karena membutuhkan perencanaan dan strategi yang matang.
Berbagai Karakteristik Siswa yang Diindikasikan Mengalami Kehilangan Belajar
Peserta didik yang terjangkit fenomena learning loss tentu memiliki beberapa ciri khusus. Dengan mengetahui hal tersebut, maka akan mudah bagi tenaga kependidikan dan orang tua agar anaknya tidak mengalami kemunduran dalam berpikir. Beberapa cirinya antara lain:
1. Semangat belajarnya berkurang
Ciri yang paling mudah dikenali adalah semangat belajar siswa mulai menurun. Misalnya saat masa pandemi mengharuskan mereka belajar online, sehingga mereka merasa sedikit tersesat atau termotivasi untuk terus belajar.
Sehingga sangat penting sinergi antara wali kelas dan orang tua untuk selalu terus memberikan motivasi dan inspirasi agar semangat mereka dapat dibangun kembali.
Bisa juga dengan cara orang tua memberikan waktu untuk menemani anaknya belajar. Tentu saja hal ini tidak harus dilakukan sesuai dengan waktu sekolah.
Namun, jika bantuan ini dilakukan sewaktu-waktu, mereka akan merasa mendapat perhatian.
2. Lalai dengan Tugas
Salah satu pemicu lainnya adalah karena siswa sering melalaikan tugas yang diberikan. Sehingga lama kelamaan tugas-tugas tersebut akan menumpuk.
Di dalam kelas wajib bagi seorang pendidik untuk selalu memberikan peringatan agar tidak lagi dilakukan karena merugikan diri sendiri dan orang lain. Fenomena melalaikan tugas sangat wajar terjadi.
Hanya saja terkadang ada pengaruh dari lingkungan dan suasana belajar di dalam kelas. Misalnya seorang pendidik yang tidak terlalu tegas dalam menindak siswa, tentunya tidak akan dihormati bahkan disegani oleh pendidik.
Alih-alih mereka, mereka sengaja menantang mereka untuk tidak melakukan pembuatan tugas atau pekerjaan di map.
Jadi langkah awal guru harus lebih tegas dan siap memberi hukuman bagi siswa yang tidak mengumpulkan tepat waktu.
Strategi Mencegah dan Mengatasi Learning Loss
Setelah membahas ciri-ciri di atas, tentunya sebagian besar generasi sudah mulai merasakan hal tersebut. Sehingga sangat penting bagi orang tua, pendidik dan lingkungan sekitar untuk bekerja sama mencegah hal tersebut terjadi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat suasana belajar menjadi menyenangkan bagi mereka.
Jika kondisi belajarnya online, buat kesepakatan dengan beberapa siswa agar bisa saling mengkondisikan suasana belajar.
Misalnya, mengharuskan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang topik yang tidak mereka pahami. Selain itu, sebagai orang tua, pastikan anak mendapatkan tempat belajar yang cukup layak agar fokusnya tidak terganggu.
Nah, itulah ulasan mengenai fenomena learning loss yang bisa menjangkiti beberapa generasi. Tentu bahayanya sangat-sangat besar jika tidak segera diatasi. Bayangkan saja, bagaimana bisa satu generasi kehilangan ilmunya?
Sementara pada saat yang sama mereka adalah calon pembentuk peradaban? Oleh karena itu, sangat wajib dan perlu segera mengembalikan kehidupan peserta didik sebagai pembelajar sejati, bukan hanya sekedar mendapatkan ijazah.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulannya untuk meningkatkan kompetensi Anda sebagai pendidik. Untuk melakukan ini, klik tautan INI atau poster berikut untuk menjadi anggota e-Guru.id!
