PusatDapodik
Home Kesiswaan Strategi Hadapi Insekuritas Peserta Didik di Lingkungan Sekolah

Strategi Hadapi Insekuritas Peserta Didik di Lingkungan Sekolah

caleb woods VZILDYoqn U unsplash

pusat dapodik – Ketidakamanan Siswa Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan saat ini adalah berkembangnya stereotip tentang rasa tidak aman di kalangan siswa.

Akibat penyebarannya, banyak fenomena dimulai ketidakamanan siswa yang membuat mereka menutup diri, kemudian ada yang menjadi pendiam, bahkan ada yang bunuh diri.

Jika dibiarkan tanpa memberikan solusi, maka generasi sekarang tidak akan serta merta beranjak dari masalah pribadi. Padahal, masalah bangsa lain jauh lebih besar dan luas cakupannya daripada masalah kerawanan yang ada dan muncul di dalam diri mereka sendiri.

Mengenal Ketidakamanan

Rasa tidak aman sebenarnya merupakan perasaan yang wajar dalam diri seseorang. Terkadang manusia tidak percaya dengan kemampuannya sendiri dan selalu merasa kekurangan dan banyak kekurangan.

Bisa karena fisik, masalah intelektual atau merasa tidak dibutuhkan dalam segala hal. Dalam lingkungan pendidikan, isu kerawanan merupakan masalah fenomenal yang setiap tahun mengalami berbagai perkembangan.

Pada awalnya, keraguan diri memang ada, bukan? Namun, seiring berjalannya waktu, isu ketidakamanan seolah menjadi momok yang menakutkan hingga banyak digelar acara bertajuk penyembuhan diri sendiri dan seminar untuk mengatasi rasa tidak aman.

Misalnya, ada seorang siswa yang merasa dirinya tidak cukup pintar tetapi termasuk dalam kelas pilihan atau kelas akselerasi.

Tuntutan menjadi anak teladan dan berprestasi seolah menjadi beban. Jika siswa tidak mampu, maka mau tidak mau rasa tidak aman yang ada dalam diri mereka semakin meningkat.

Faktor Ketidakamanan

Kehadiran rasa tidak aman pada diri seseorang tentunya memiliki tingkatan dan tingkatan yang berbeda-beda. Tentunya perbedaan tingkatan dan tingkatan tersebut dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar.

1. Faktor internal

Faktor pertama yang perlu dibahas adalah faktor internal. Biasanya, siswa cenderung mengalami rasa tidak aman karena masalah dengan kondisi dan penampilan mereka sendiri.

Misalnya, jika siswa memiliki kondisi kulit yang lebih eksotis daripada yang lain. Tentu hal ini akan membuat para siswa menjadi merasa tidak aman dan bahkan memikirkan berbagai kata yang diucapkan oleh teman-temannya.

Selain kondisi fisik, tingkat daya serap selama pembelajaran dan intelektualitas siswa juga menjadi faktor internal.

Wajar saja, para siswa tersebut berasal dari berbagai latar belakang. Kondisi ini memungkinkan mereka harus memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda. Karena itu, siswa yang termasuk dalam kategorirendah, akan mencari sekelompok teman yang berada di level dan kecocokan yang sama.

Jadi alih-alih memperluas jaringan, merasa tidak aman Hal ini membuat siswa tidak mampu mengembangkan sosialisasi dan meningkatkan intelektualitasnya.

Selain itu, pemikiran berlebihan dalam diri sendiri karena pandangan atau tanggapan orang lain dapat meningkatkan poin ketidakamanan. Biasanya siswa sangat rentan terhadap sikap berfikir berlebihan.

Bisa jadi karena model pendidikan dalam keluarga yang melahirkan sifat-sifat tersebut, atau bahkan karena mereka lebih sering berinteraksi dengan informasi dan bacaan yang berkaitan dengan sikap. berfikir berlebihan. berfikir berlebihan Hal ini juga terlihat dari sikap curiga siswa terhadap teman sebayanya yang lain.

Selain itu, biasanya siswa yang rentan memiliki keinginan untuk membandingkan dirinya dengan orang lain.

Jika hasil komparasinya bagus, bisa meningkatkan kepercayaan dirinya. Tetapi jika perbandingannya buruk, maka bisa jadi turun dan akhirnya berpengaruh pada pembelajaran.

Selain itu memiliki trauma pada diri sendiri juga menyebabkan peningkatan rasa tidak aman. Trauma tersebut bisa datang dari berbagai faktor, bisa dari lingkungan teman sebelumnya atau juga dari keluarga sendiri.

Hal lain adalah merasakan diri Anda sebagai seseorang yang perfeksionis. Pernahkah Anda tahu bahwa ada buku yang bisa memandu Anda menebak seperti apa kepribadian Anda?

Nah, bisa jadi karena salah tafsir dalam melihat makna yang ada di buku, maka siswa yang merasa dirinya perfeksionis akan terus mencela diri sendiri jika mendapatkan kekurangan.

2. Faktor eksternal

Sedangkan faktor eksternal, bisa jadi karena banyak siswa lain yang mulai mengejek atau bahkan mengejek dengan bahasa yang menyinggung.

Awalnya bisa karena siswa mengalami bullying, hingga akhirnya dia harus merasakan merasa tidak aman dengan dirinya sendiri. Bahkan lebih menegaskan dalam dirinya bahwa kehadirannya tidak berarti apa-apa di dunia.

Kemudian, pindah sekolah juga bisa menjadi penyebab meningkatnya perasaan tidak aman. Merasa berbeda dari siswa lain baik dalam prestasi akademik maupun preferensi dalam permainan.

Selain itu, faktor eksternal juga dapat berasal dari lingkungan keluarga yang memiliki pola asuh otoriter. Sehingga hal ini menyebabkan siswa merasa kurang percaya diri dengan keputusan yang diambilnya.

Faktor kekurangan ekonomi juga dapat menjadi penyebab meningkatnya persentase ketidakamanan dalam diri.

Strategi Mengatasi Ketidakamanan Siswa

Agar siswa dapat mewujudkan semua prestasi yang ada dan meningkatkan intelektualitasnya, penting bagi guru untuk meredupkan bahkan menghancurkan rasa minder. Guru perlu melakukan strategi khusus.

Pertama, guru memberikan penjelasan kepada siswa untuk membiasakan diri melakukan penerimaan diri. Penjelasan ini penting karena bagaimanapun manusia bukanlah makhluk yang sempurna.

Jadi mereka pasti akan menemukan celah dalam dirinya. Tidak apa-apa untuk melakukan perbaikan pada diri sendiri, selama Anda tidak menyalahkan ciptaan Tuhan. Stigma positif ini harus diajarkan kepada siswa.

Keduaguru membantu siswa untuk memiliki berbagai kegiatan positif daripada harus terpaku pada berfikir berlebihan tentang kondisinya. Ini memang sangat sulit pada awalnya, tetapi pasti guru dapat mengarahkan siswa.

Ketiga, guru berusaha memberikan berbagai pemikiran positif untuk selalu menjaga dan menyegarkan pikiran siswa. Hal ini dimaksudkan agar pikiran mereka dapat terlindungi dari berbagai stigma negatif, terutama hal-hal dan informasi yang mengacu pada rasa tidak aman.

KeempatSelain ketiga upaya di atas, guru juga dapat mencoba mempelajari psikologi perkembangan siswa agar lebih memahami berbagai masalah yang dialami dan pemecahannya.

Kelima, guru mengajak siswa untuk sering melakukan refleksi diri dengan melihat berbagai fenomena alam yang ada. Apalagi mengajarkan siswa untuk lebih mensyukuri segala ciptaan-Nya.

Misalnya mengajak siswa melihat kondisi masyarakat yang secara ekonomi tergolong kelas menengah ke bawah. Ajak mereka berdiskusi dan mengambil pelajaran dari realita yang ada.

Demikian ulasan tentang ketidakamanan siswa dan beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh guru. Menghilangkan rasa tidak aman tentu tidak mudah. Sehingga dibutuhkan sinergi dari guru, lingkungan sekolah bahkan orang tua.

Penting bagi guru untuk memahami siswanya agar tidak mudah menyerah dan kehilangan daya juang. Selalu optimis.

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad