PUSAT DAPODIK – Posisi kontrol guru berfokus pada berbagai macam pendekatan yang digunakan oleh mereka untuk mengelola perilaku dan disiplin di kelas. Setiap posisi akan memberikan dampak yang signifikan dalam proses pembelajaran dan perkembangan siswa.
Perlu diketahui, ada 5 posisi kontrol guru yang umum digunakan oleh para guru guna mengelola pembelajaran di dalam kelas, mulai dari yang sifatnya otoriter sampai dengan yang lebih kolaboratif. Lalu, apa saja kelima posisi kontrol tersebut? Dibawah ini merupakan penjelasan lengkapnya.
5 Posisi Kontrol dalam Penerapan Disiplin
Berdasarkan hasil riset yang diperoleh dari teori Kontrol DL William Glasser, Diane Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang umum dan diterapkan oleh seorang guru, orang tua atau atasan dalam melakukan kontrol serta penerapan disiplin disekolah.
Adapun, kelima posisi kontrol yang umum ini adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer. Dibawah ini merupakan 5 Posisi kontrol dalam menerapkan disiplin di sekolah.
1. Penghukum
Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik atau verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan jika sekolah membutuhkan sistem atau alat yang bisa lebih menekan murid-murid dengan lebih dalam lagi.
Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum biasanya akan berkata sebagai berikut:
- “Patuhi aturan saya dengan benar, jika tidak awas saja!”
- “Kamu selalu saja berbuat salah!”
- “Selalu, pasti kamu selalu yang terakhir selesai”
Guru seperti ini percaya hanya ada satu cara agar kegiatan pembelajaran bisa berhasil, yaitu dengan cara dia sebagai penghukum.
2. Pembuat Merasa Bersalah
Pada posisi ini biasanya guru berbicara dengan lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, dan rendah diri.
Adapun, untuk contoh kata-kata yang keluar dengan lembut yaitu seperti berikut ini:
- “lbu merasa kecewa sekali dengan kamu”
- “Berapa kali Ibu harus memberitahu kamu ya?”
- “Gimana jadinya, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”
Pada posisi ini murid akan mempunyai penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid cenderung merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang yang disayanginya.
3. Teman
Guru pada posisi ini tak akan menyakiti murid-muridnya, namun akan tetap berupaya untuk mengontrol murid dengan melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif dan positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin diantara guru dan murid.
Guru pada posisi teman biasanya menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang, biasanya mereka akan berkata sebagai berikut:
- “Ayo bantulah, demi Ibu ya?”
- “Ayo ingat, apa kamu tidak bantuan Ibu selama ini?”
- “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Bapak bantu bereskan”
Hal negatif dari posisi teman yaitu apabila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka siswa akan merasa kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/lbu adalah teman saya”.
Murid sebagai pusat pembelajaran akan merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul yaitu murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid nantinya akan terus-menerus tergantung pada guru tersebut.
4. Pemantau
Memantau artinya mengawasi. Pada saat guru mengawasi, guru bertanggungjawab atas perilaku orang-orang yang di awasi. Posisi pemantau ini berdasarkan pada peraturan dan konsekuensi yang ada.
Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, peran utama guru untuk memisahkan hubungan pribadi guru dengan murid, yakni sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan diajukan seorang pemantau adalah sebagai berikut.
- “Peraturannya apa tadi?”
- “Apa yang telah kamu lakukan?”
- “Sanksi dan konsekuensinya apa?”
Seorang pemantau diketahui sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang bisa digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini nantinya akan menggunakan stiker, slip catatan, dan daftar cek.
Posisi pemantau sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang mana menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol para muridnya.
5. Manajer
Manajer, merupakan posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama murid, mempersilakan murid untuk mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar bisa menemukan solusi atas permasalahan yang dilakukannya sendiri.
Seorang manajer telah mempunyai keterampilan di posisi teman atau pemantau. Dan dengan begitu, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut apabila dibutuhkan.
Namun apabila guru menginginkan murid-muridnya menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka guru perlu berfokus kepada Restitusi. Yang mana dapat menjadikan murid menjadi seorang manajer bagi dirinya sendiri.
Di posisi manajer, murid diajak untuk melakukan analisis kebutuhan dirinya, ataupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan hanya pada kemampuan membuat konsekuensi, namun bisa berkolaborasi dengan murid bagaimana cara memperbaiki kesalahan yang ada.
Seorang manajer biasanya berkata:
- “Apa yang selama ini kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)
- “Apakah kamu meyakininya?”
- “Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia untuk memperbaikinya?”
Kesimpulan
Namun perlu diingat tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru yaitu pencapaian posisi Manajer. Dimana di posisi inilah murid bisa menjadi pribadi yang lebih mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan juga sikapnya. Yang pada akhirnya bisa menciptakan lingkungan yang positif, dan aman.