Mengenal Redenominasi Rupiah, Alasan, Tujuan, dan Dampaknya

Table of content:
Belakangan ini isu redenominasi rupiah menjadi perbincangan hangat. Redenominasi adalah kebijakan pemerintah atau bank sentral suatu negara untuk mengubah nilai mata uang menjadi lebih sederhana dari sebelumnya.
Nantinya nominal uang dalam redenominasi akan berubah dari Rp. 100.000 menjadi Rp. 100, Rp. 10.000 menjadi Rp. 1.000, bahkan Rp. 1.000 hingga Rp. 1. Penyederhanaan nominal seperti ini tentunya akan mempengaruhi perekonomian suatu negara, khususnya industri pasar modal.
Namun, apakah kita perlu khawatir dengan pemberlakuan kebijakan ini? Agar lebih memahami, mari kenali lebih dalam pengertian redenominasi, beserta alasan, tujuan, dan dampaknya.
Apa itu Redenominasi?
Redenominasi mengacu pada proses penggantian denominasi atau nilai nominal mata uang yang berlaku di suatu negara. Dalam konteks keuangan, redenominasi terjadi ketika pemerintah suatu negara atau bank sentral memutuskan untuk mengubah unit denominasi atau nilai nominal mata uang mereka. Misalnya, mata uang yang awalnya memiliki denominasi ribuan atau jutaan diganti dengan denominasi yang lebih rendah, seperti puluhan atau ratusan.
Redenominasi adalah proses yang umumnya dilakukan dengan mengganti uang kertas dan koin yang beredar dengan pecahan baru. Proses ini melibatkan pengumuman resmi dari pemerintah atau bank sentral seperti Bank Indonesia (BI) untuk memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang cara menukar mata uang lama dengan yang baru.
Selama masa transisi, kedua mata uang pecahan tersebut dapat beredar secara bersamaan dan masyarakat tetap dapat menggunakan kedua mata uang tersebut, namun lambat laun pecahan lama akan ditarik dari peredaran.
Baca juga: Kenali Dana Moneter Internasional atau IMF sebagai Organisasi Keuangan Dunia
Alasan dan Tujuan Redenominasi

Redenominasi biasanya dilakukan dengan berbagai alasan dan memiliki tujuan tertentu, antara lain sebagai berikut.
1. Penyederhanaan nilai mata uang
Salah satu alasan utama redenominasi adalah untuk menyederhanakan nilai mata uang, yaitu dengan menghilangkan angka yang tidak perlu atau terlalu besar dalam sistem mata uang yang ada. Redenominasi membuat nilai mata uang lebih mudah digunakan dalam transaksi sehari-hari, dan mengurangi kerumitan komputasi dan administrasi yang terkait dengan mata uang.
2. Efisiensi administrasi
Redenominasi dapat membawa efisiensi administrasi dalam pengelolaan mata uang. Dengan mengurangi angka dalam denominasi, jumlah mata uang yang dibutuhkan untuk mencapai nilai tertentu juga berkurang. Hal ini dapat mengurangi biaya pencetakan uang kertas dan uang logam, serta mempermudah pengelolaan dan distribusi fisik mata uang.
3. Mengurangi inflasi atau hiperinflasi
Dalam situasi di mana inflasi sangat tinggi sehingga nilai mata uang turun secara signifikan dan harga barang naik hingga puluhan ribu atau jutaan, redenominasi dapat membantu mengurangi jumlah angka yang digunakan dalam mata uang denominasi. Ini membantu mengurangi hilangnya daya beli dan volatilitas yang mungkin terjadi.
Baca juga: Apa itu Indeks S&P 500? Definisi, Fungsi, dan Pengaruh
4. Meningkatkan kepercayaan publik
Redenominasi dapat menjadi langkah untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mata uang. Jika suatu mata uang mengalami inflasi yang tinggi atau masalah sistem keuangan, redenominasi dapat dianggap sebagai langkah untuk menciptakan stabilitas dan membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap mata uang tersebut. Dengan memperkuat kepercayaan publik, redenominasi dapat berkontribusi pada stabilitas ekonomi dan pertumbuhan jangka panjang.
5. Memfasilitasi integrasi ekonomi
Dalam beberapa kasus, redenominasi dapat memfasilitasi integrasi ekonomi antar negara atau wilayah yang memiliki mata uang yang sama. Dengan menyamakan denominasi atau nilai nominal mata uang, redenominasi dapat mengurangi hambatan perdagangan dan investasi serta memudahkan untuk membandingkan nilai mata uang di antara keduanya.
Dampak Redenominasi

Redenominasi dapat berdampak positif dan negatif. Positifnya, redenominasi akan membuat perhitungan keuangan menjadi lebih mudah dan sederhana karena jumlahnya tidak sebanyak dulu.
Selain itu, dampak positif lainnya sama dengan alasan dan tujuan redenominasi. Namun, kebijakan ini juga dapat menimbulkan sejumlah dampak negatif, sebagai berikut.
1. Biaya dan gangguan
Redenominasi membutuhkan biaya dan upaya yang signifikan. Proses penggantian uang kertas dan koin, pengembangan, pencetakan, dan distribusi mata uang baru membutuhkan investasi sumber daya keuangan dan manusia yang cukup besar. Selain itu, orang mungkin mengalami kebingungan dan ketidaknyamanan sementara selama masa transisi.
2. Potensi penyesuaian harga dan pemicu inflasi
Dalam beberapa kasus, redenominasi dapat mengakibatkan penyesuaian harga oleh bisnis. Mereka dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menaikkan harga barang atau jasa mereka sehingga mengurangi daya beli masyarakat dan menyebabkan inflasi sementara.
3. Ketidakpastian dan ketidakpercayaan publik
Jika redenominasi tidak dikelola dengan baik atau jika masyarakat meragukan tujuan atau prosesnya, hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian dan ketidakpercayaan terhadap mata uang. Jika orang merasa bahwa redenominasi hanya dilakukan untuk tujuan politik atau tidak akan mengatasi masalah ekonomi yang mendasar, hal itu dapat merusak kepercayaan mereka terhadap mata uang dan sistem keuangan.
Baca juga: 10 Negara dengan Mata Uang Terendah di Dunia Tahun 2023, Adakah Indonesia?
Perbedaan antara Redenominasi dan Devaluasi dan Sanering
Redenominasi berbeda dengan devaluasi mata uang dan sanering. Redenominasi hanya mengubah nilai nominal mata uang, bukan daya beli sebenarnya.
Dalam proses redenominasi, tidak ada perubahan nilai relatif antara mata uang dengan barang atau aset lain. Misalnya, jika sebelum redenominasi harga roti Rp 1.000, setelah redenominasi harga roti mungkin menjadi Rp 1 dalam mata uang baru, tetapi nilai sebenarnya tetap sama.
Sementara itu, devaluasi mata uang melibatkan penurunan nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing. Devaluasi biasanya dilakukan oleh otoritas kebijakan moneter atau bank sentral dengan sengaja untuk meningkatkan daya saing ekspor dan mengurangi defisit neraca perdagangan. Devaluasi dapat menyebabkan kenaikan harga barang impor dan inflasi domestik, juga dapat mempengaruhi daya beli masyarakat.
Sedangkan sanering adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah atau bank sentral untuk menstabilkan sistem keuangan negara. Sanering biasanya melibatkan restrukturisasi, pembenahan, atau penyelamatan lembaga keuangan yang berada dalam masalah serius atau bangkrut. Tindakan sanering dapat berupa pembubaran atau penggabungan bank bermasalah, penjaminan simpanan, restrukturisasi utang, dan tindakan lain untuk memulihkan stabilitas sistem keuangan negara.
Meskipun ketiga konsep tersebut terkait dengan mata uang dan kebijakan ekonomi, ketiganya memiliki tujuan dan metode yang berbeda. Redenominasi adalah perubahan denominasi nilai nominal suatu mata uang, devaluasi mata uang berkaitan dengan penurunan nilai tukar mata uang, dan sanering berkaitan dengan stabilisasi dan kesehatan sistem keuangan.
Selain itu, kebijakan redenominasi yang dapat berjalan dengan baik bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Dari sisi investasi, redenominasi yang berhasil justru dapat membantu meningkatkan kepercayaan investor terhadap mata uang dan stabilitas ekonomi suatu negara.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih mengetahui manfaat berinvestasi. Nah, bagi Anda yang akan mulai berinvestasi saham atau reksa dana, jangan lupa untuk menggunakan aplikasi investasi. BMoney yang andal dan terpercaya sekaligus memberi Anda kenyamanan dan keamanan dengan harga yang terjangkau. Segera download aplikasinya di Playstore atau Toko aplikasi.
bmoney.id