Hari Sebelum Proklamasi di Jakarta

Perang Pasifik terus berkecamuk. Dimana-mana pasukan Jepang mengalami kekalahan. Sebagai persiapan penyerahan kemerdekaan Indonesia dari Jepang, pada tanggal 9 Agustus 1945 para pemimpin bangsa Indonesia yaitu Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. Rajiman Widyodiningrat berangkat ke kota Dalat di Vietnam. Dan tujuan pemberangkatannya adalah untuk membicarakan rencana kemerdekaan Indonesia dengan pemimpin Jepang Jenderal Terauchi yang berkedudukan di Kota Dalat. Jenderal Teruchi yang merupakan panglima tertinggi tentara Jepang di Tokyo telah memutuskan akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

proklamasi kemerdekaan Indonesia

Kemudian pada tanggal 14 Agustus 1945 ketiga pemimpin pergerakan Indonesia kembali dari Dalat dan menuju ke Jakarta. Saat itu, sebenarnya ada hal penting yang masih belum diketahui ketiga tokoh tersebut, karena Jepang sengaja tidak memberitahukannya kepada mereka. Hal-hal yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  • Pada tanggal 6 Agustus 1945, tepat pukul 08.15 pagi, kota Hiroshima dihantam bom atom oleh pasukan sekutu. Lebih dari 70.000 penduduk kota Hiroshima menjadi korban bom atom.
  • Pada tanggal 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom kedua di kota Nagasaki. Dan akibat ledakan tersebut, lebih dari 75.000 warga Jepang di Nagasaki menjadi korban.

Para pemimpin tentara Jepang, khususnya Kaisar Jepang, Hirohito, menyimpulkan bahwa tentara Jepang tidak dapat lagi melanjutkan perang. Untuk mencegah kehancuran bangsa Jepang, pada tanggal 14 Agustus 1945 kaisar memerintahkan penghentian perang dan mengakui kekalahan Jepang.

Dan berita mengenai kekalahan tentara Jepang masih dirahasiakan. Semua radio telah disegel oleh Pemerintah Jepang. Namun, diam-diam ada yang mendengar kabar kekalahan Jepang. Diantaranya adalah Sutan Syahrir.

Sutan Syahrir yang pertama kali mengetahui kekalahan Jepang dari Sekutu, langsung menemui Bung Hatta yang baru kembali dari Dalat (Saingon, Vietnam). Sutan Syahrir juga mendesak agar kemerdekaan Indonesia segera diproklamirkan. Kemudian Bung Hatta dan Sutan Syahrir menuju kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur no. 56, Jakarta. Sutan Syahrir kembali mendesak Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Bung Karno dan Bung Hatta juga menolak mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia tanpa terlebih dahulu bertemu dan berunding dengan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) lainnya. Bung Karno dan Bung Hatta juga berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dicapai tanpa pertumpahan darah.

Kemudian pada tanggal 15 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 17 Jakarta, para pemuda mengadakan pertemuan. Dan pertemuan tersebut dihadiri antara lain Subadio, Subianti, Margono, Wikana, dan Armansyah. Pokok bahasannya adalah tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan secepatnya ke seluruh wilayah di dunia.

Demam proklamasi juga melanda generasi muda Indonesia. Mereka juga tidak takut mati. Dan brand pun rela dan rela berkorban apapun demi mewujudkan kemandirian bangsa dan tanah air.

Peristiwa Rengasdengklok

Seperti diketahui di atas, Demam Proklamasi sedang melanda generasi muda Indonesia. Pada tanggal 15 Agustus sekitar pukul 22.30 malam, delegasi pemuda yang terdiri dari Wikan, Darwis menemui Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta. Wikana pun menyampaikan tuntutan agar Bung Karno segera mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan RI keesokan harinya, yakni pada tanggal 16 Agustus 1945. Tuntutan tersebut pun ditolak Bung Karno karena tidak ingin meninggalkan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan RI yang lain. Apalagi, anggota PPKI telah diundang untuk menghadiri pertemuan tersebut.

Mendengar penolakan Bung Karno, Wikana mengancam keesokan harinya akan terjadi pertumpahan darah yang mengerikan dan pembunuhan massal. Hal ini pula yang membuat suasana tegang antara Bung Karno dan Pemuda yang disaksikan langsung oleh Bung Hatta, Tuan Ahmad Subardjo, Dr. Buntara, dan Tuan Iwa Kusumasumantri.

Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda ke Rengasdengklok, yaitu suatu tempat di sebelah timur kota Jakarta. Maksud dan tujuan pemuda mendatangkan kedua pemimpin tersebut adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta segera mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia secepatnya. Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang mempunyai wibawa besar dan keyakinan yang teguh. Dan dia tidak mau dipaksa oleh anak muda. Namun, ia sangat memahami makna pemuda yang sedang terbakar api semangat kemerdekaan.

Sementara itu di Jakarta telah dicapai kesepakatan antara Pak Ahmad Subardjo dari Golonga Tua dengan Wikana dan Yusuf Kunto dari rombongan untuk membawa Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke Jakarta. Kemudian pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 1945, tepatnya pukul 16.00 sore, Tuan Ahmad Subarjo didampingi Yusuf Kunto berangkat ke Rengasdengklok untuk menjemput Bung Karno dan Bung Hatta. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1945 sekitar pukul 21.00 rombongan meninggalkan Rengasdengklok untuk kembali ke Jakarta. Dan sekitar pukul 23.00 rombongan sampai di kediaman Bungk Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, untuk menurunkan Ibu Fasmawati (istri Bung Karno) yang juga dibawa ke Rengasdengklok.

Dan malam itu juga, sekitar pukul 02.00 WIB, Bung Karno memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Pertemuan tersebut terutama membahas persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Perumusan Teks Proklamasi

Pertemuan yang berlangsung sepanjang malam itu baru berakhir sekitar pukul 04.00 dini hari menjelang subuh. Saat itu kebetulan bertepatan dengan bulan Ramadhan, saat umat Islam sedang berpuasa. Laksamana Tadashi Maeda sendiri merupakan seorang perwira tinggi di Angkatan Laut Jepang, dan merupakan sahabat baik dari Bapak Ahmad Subardjo.

Pada pertemuan itulah dirumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Teks Proklamasi dirumuskan oleh tiga orang, yaitu Bung Karno, Bung Hatta, dan Pak Ahmad Subardjo. Dan yang menulis teks Proklamasi adalah Bung Karno. Kemudian setelah selesai, Bung Karno membacakan teks tersebut secara perlahan agar peserta rapat yang hadir dapat mendengarnya dengan baik. Bung Karno menyarankan agar teks proklamasi ditandatangani oleh seluruh peserta rapat yang hadir. Namun setelah dilakukan musyawarah, disepakati bahwa teks Proklamasi ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia. Kemudian naskah tulisan tangan Bung Karno diketik oleh Sayuti Melik.

Pertemuan yang berlangsung sepanjang malam di rumah Laksamana Tadashi Maeda itu berhasil merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Rapat tersebut juga menyepakati agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan pada pukul 10.00 keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945.

Detik-detik Menjelang Proklamasi Kemerdekaan

Keesokan harinya, tepatnya hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Ir. Ir.Soekarno didampingi oleh Drs. Moh. Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dan kejadian tersebut terjadi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (sekarang Jalan Proklik). Usai Bung Karno berpidato singkat, Bung Karno kemudian membacakan Naskah Proklamasi Kemerdekaan. Para pionir dan generasi muda menyaksikan peristiwa singkat dan penting ini dengan penuh kebijaksanaan.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *