Prospek, Kinerja, dan Harga Saham PTBA yang Rutin Bagi Dividen

Table of content:
Bagi Anda yang ingin berinvestasi saham BUMN di sektor pertambangan batu bara, tak ada salahnya mempertimbangkan saham PTBA milik PT Bukit Asam yang rutin membagikan dividen.
PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) memiliki kegiatan usaha yang luas terkait dengan batubara mulai dari eksplorasi, pengolahan, perdagangan, pemeliharaan fasilitas, dan banyak lagi. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan kode saham PTBA ini didirikan pada 2 Maret 1981 dan mulai beroperasi pada tahun 2007.
Harga Saham PTBA Hari Ini
Harga saham PTBA pada 15 Agustus 2023 pada perdagangan sesi I dibuka di level Rp 2.780. Naik 0,36% atau 10 poin pada penutupan sebelumnya yang ditutup hijau.
Saham dengan kapitalisasi pasar 32,14 triliun ini mencatatkan harga tertinggi Rp 2.810 dan harga terendah Rp 2.770 sehari sebelumnya, serta berfluktuasi dengan pertumbuhan 752,76% sejak pertama kali dicatatkan di bursa.
Baca juga: Menilik Harga Saham SLIS, Produsen Sepeda Listrik Indonesia
Berapa harga 1 lot saham PTBA?

Dalam perdagangan saham, investor biasanya membeli saham dalam jumlah banyak dengan alasan efisiensi dan meminimalkan biaya transaksi. Satuan lot sendiri merupakan satuan standar perdagangan di pasar modal yang besarannya tergantung aturan Bursa Efek di negara dimana saham diperdagangkan.
Di Bursa Efek Indonesia (BEI), satu lot saham berisi 100 lembar saham. Transaksi saham harus dilakukan dalam kelipatan lot, misalnya 200 lembar, 300 lembar, dan seterusnya. Harga 1 lot saham PTBA akan bervariasi sesuai harga saham pada periode tertentu.
Rumus penghitungan harga 1 lot saham PTBA adalah Harga Saham per saham × Jumlah saham dalam 1 lot.
Jika harga saham PTBA hari ini Rp 2.780, maka harga 1 lot saham PTBA adalah Rp 2.780×100 = Rp 278.000.
Baca juga: Kinerja Saham NICL: Emiten Tambang dan Mineral Nikel
Kinerja Keuangan dan Pergerakan Harga Saham PTBA
PTBA menunjukkan pertumbuhan yang konsisten selama 5 tahun (2016-2020) dengan keuntungan yang meningkat dari tahun ke tahun. Dilihat dari berbagai rasio keuangan, PTBA juga merupakan perusahaan yang sehat.
Hingga saat ini, PTBA tergolong saham dengan kinerja yang sangat baik di sektornya. Dari segi valuasi, PER dan PBV PTBA relatif lebih murah dibandingkan emiten pertambangan lainnya.
Sepanjang tahun 2020, laba bersih PTBA mencapai Rp 2,4 triliun, turun 41,16% secara tahunan (tahun ke tahun/YoY). Pendapatan PTBA pun turun 20,4% menjadi Rp17,3 triliun dan aset perusahaan turun 7,8% menjadi Rp24,1 triliun. Meski mengalami penurunan, namun perolehan keuntungan di tengah penerapannya bisa dikatakan cukup baik kuncitara selama pandemi COVID-19.
Pasca pandemi, PTBA sukses mencatatkan kinerja historis tertinggi atas kinerja keuangan dan operasional perusahaan pada tahun 2022. Laba bersih naik 159% menjadi Rp 12,6 triliun (YoY), dengan pendapatan meningkat 146% menjadi Rp 42,6 triliun dan total aset tumbuh 126% menjadi Rp45,4 triliun pada akhir tahun 2022.
Pasalnya, total produksi batu bara PTBA meningkat 24% menjadi 37,1 juta ton dan penjualan batu bara tumbuh 12% menjadi 31,6 juta ton pada tahun 2022.
Kemudian pada kuartal I 2023, pendapatan PTBA naik 21,3%, namun laba bersih turun 49% menjadi Rp 1,2 triliun karena harga jual rata-rata (harga jual rata-rata/ASP) turun 9% dan beban keseluruhan meningkat.
Menariknya, setelah mengumumkan rencana pembagian dividen tahun buku 2022 pada 16 Juni 2023, harga saham PTBA naik tajam hingga 11,85% sejak perdagangan dibuka. Dalam waktu 14 menit, terdapat 16.421 transaksi saham PTBA dengan volume 107,14 juta lembar saham dan total nilai transaksi Rp 426,3 miliar.
Namun saham PTBA langsung anjlok setelah periode tersebut berlalu tanggal cum yang terjadi pada tanggal 23 Juni. tanggal cum adalah hari terakhir bagi investor untuk bisa mendapatkan dividen. Investor yang membeli saham setelah tanggal tersebut tidak berhak atas dividen kinerja tahun buku 2022.
Setelah lewat tanggal cumSaham PTBA langsung mencapai batasnya penolakan otomatis (ARB) selama 2 hari berturut-turut. Tanggal 26 Juni turun 14,86%, dan keesokan harinya turun lagi menjadi 14,92%. Akibatnya, banyak investor yang terjebak dalam situasi tanpa dividen setelah mencapai jatuh tempo mantan tanggal.
Padahal kinerja saham PTBA masih membaik kembali negatif untuk periode 2023 saat ini, namun nyatanya saham-saham tersebut masih menjadi incaran sejumlah investor institusi besar asing. Salah satu perusahaan manajemen aset terbesar di dunia, BlackRock Inc.
Baca juga: Kinerja Saham TOBA: Emiten Batubara, Kelapa Sawit, dan Kendaraan Listrik
Pembagian Dividen Saham PTBA

Seiring pertumbuhan kinerja operasionalnya, PT Bukit Asam menjadi salah satu emiten yang masuk dalam indeks Dividen Tinggi 20 karena rutin membagikan dividen yang tinggi kepada investor, mencapai imbal hasil lebih dari 10%. Pembagian dividen yang teratur mencerminkan kesehatan perusahaan dan menjadi daya tarik bagi investor jangka panjang.
Rasio dividen PTBA terhadap laba bersih (rasio pembayaran dividen/DPR) berfluktuasi antara 30%-75% dan terus meningkat sejak 2016-2020. Pada April 2021, PTBA membagikan dividen sebesar Rp835 miliar atau 35% dari laba bersih tahun 2020.
Pada tahun 2023, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PTBA menyetujui pembagian dividen sebesar Rp12,6 triliun atau 100% dari laba bersih tahun 2022, dengan masing-masing pemegang saham berhak menerima sebanyak-banyaknya Rp1.094 per saham.
Dividen jumbo ini meningkat hampir 60% dibandingkan dividen tahun 2022 sebesar Rp 7,9 triliun. Peningkatan ini disebabkan oleh kuatnya kinerja keuangan yang dihasilkan ledakan komoditas tahun lalu.
Meski seluruh keuntungan dibagikan sebagai dividen, namun kas perseroan masih mencukupi dan akan terus konsisten merencanakan ekspansi. Terutama di bidang pengembangan energi baru terbarukan dan peningkatan kapasitas.
Baca juga: Kinerja Harga Saham BELI dan Potensi Bisnis Masa Depan
Prospek Berbagi PTBA

Meski dua kali berturut-turut menyentuh ARB, sejumlah analis menilai wajar jika saham yang membagikan dividen mengalami penurunan. pembagian dividen hanya akan menjadi sentimen jangka pendek bagi saham emiten batu bara.
Selain itu, terdapat beberapa tantangan yang mungkin dihadapi PTBA pada tahun 2023, antara lain normalisasi harga batu bara, kondisi geopolitik, dan fluktuasi pasar. Ada pula faktor lain seperti kenaikan biaya jasa transportasi, jasa pertambangan, bahan bakar, dan royalti yang berpotensi meningkatkan harga pokok penjualan.
Kendati demikian, emiten batu bara yang mendiversifikasi usahanya ke energi hijau, termasuk PTBA, tentu memiliki prospek positif dalam jangka panjang. Apalagi mengingat harga saham PTBA masih diremehkan.
Demikian ulasan pergerakan harga saham PTBA, kinerja keuangan, prospek, dan harga 1 lot saham PTBA. Anda yang ingin berinvestasi pada saham tersebut dapat melakukan transaksi saham dan reksa dana di aplikasi investasi BUang. Selain terdaftar dan diawasi oleh OJK, BMoney juga memudahkan Anda berinvestasi dengan minimal modal Rp 10 ribu saja. Ayo, unduhan aplikasi di Mainkan Toko atau Toko aplikasi.
bmoney.id