Halo Pak/Bu, apa kabar? Semoga sehat selalu, ya.
Pendidikan dirancang sebagai salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Tidak jarang, pendidikan yang seharusnya membawa perubahan justru terasa membebani siswa. Apalagi dengan banyaknya kompetensi yang harus dikuasai. Sudah saatnya siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensinya tanpa dibebani dengan kompetensi lain yang tidak disukainya. Kebebasan memilih seperti itu merupakan salah satu ciri Kurikulum Belajar Bebas. Untuk informasi lainnya mengenai ciri-ciri Kurikulum Belajar Bebas, mari simak ulasan berikut ini.
Apa latar belakang perumusan Kurikulum Merdeka Belajar?
Di penghujung tahun 2019, Presiden Joko Widodo melantik Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Kabinet Indonesia Maju. Beberapa bulan setelah dilantik, Mendikbud mulai merencanakan beberapa reformasi di bidang pendidikan, khususnya reformasi kurikulum. Konsep yang dipilih Mendikbud saat itu adalah Merdeka Belajar, artinya para pendidik diberi keleluasaan untuk meminimalisir birokrasi, agar bisa fokus mendidik dan memberikan pembelajaran di kelas. Sementara bagi siswa, Merdeka Belajar menunjukkan kebebasan memilih bidang yang disukai. Artinya, mereka tidak wajib mengikuti bidang yang tidak disukai. Misalnya, siswa A memiliki hobi menari dan bermain teater serta tidak menyukai ilmu eksakta. Merujuk pada konsep Freedom to Learn, peserta tidak diwajibkan untuk memilih bidang ilmu pengetahuan atau IPS yang tidak disukainya.
Tidak berhenti sampai di situ, krisis pendidikan akibat Pandemi Covid-19 membuat siswa banyak kehilangan akses pendidikan, sehingga memicu ketertinggalan pembelajaran (kerugian belajar). Berangkat dari berbagai kondisi tersebut, Nadiem Makarim menyusun Pedoman Pemulihan Pendidikan yang di dalamnya termasuk penyusunan Kurikulum Merdeka Belajar. Selanjutnya konsep tersebut dirumuskan dan diimplementasikan dalam bentuk Kurikulum Belajar Mandiri. Namun, kurikulum ini tidak dapat diterapkan di semua sekolah di Indonesia karena tingkat kesiapan tiap sekolah berbeda-beda.
Apa ciri-ciri Kurikulum Belajar Bebas?
Lalu, apa ciri-ciri Kurikulum Merdeka Belajar yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya?
Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek bertujuan untuk berkembang keterampilan lunak. Pembelajaran berbasis proyek yang dapat dipilih adalah PjBL (Project Based Learning) dan PBL (Problem Based Learning). Jika pembelajaran hanya berfokus pada hasil akhir tanpa memperhatikan prosesnya, maka siswa akan kesulitan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Ingat, nilai akhir hanyalah angka tertulis di atas kertas.
Melalui pembelajaran berbasis proyek, siswa dilatih untuk mampu berpikir kritis, kreatif, dan mampu menemukan solusi untuk setiap proyek yang ditugaskan kepadanya. Berbeda jika siswa hanya diminta mengerjakan soal. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis proyek diharapkan dapat berkembang keterampilan lunak peserta didik.
Penguatan Karakter Melalui Profil Mahasiswa Pancasila
Salah satu perbedaan mendasar antara Kurikulum Merdeka Belajar dengan kurikulum lainnya terletak pada pengembangan Profil Siswa Pancasila yang masuk dalam pembelajaran ko-kurikuler. Program ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah dalam mewujudkan karakter bangsa yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila guna menghadapi krisis moral generasi di era ini dan di masa mendatang. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah mengalokasikan 30% dari total JP reguler per tahun.
Fokus pada Bahan Esensial Saja
Mungkin sudah bukan rahasia lagi jika sebagian siswa di Indonesia masih kesulitan mengimplementasikan konsep dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari dan cara memahami teks bacaan sederhana. Padahal, keduanya merupakan dasar pembelajaran yang harus dikuasai oleh setiap individu. Itu sebabnya, dalam Kurikulum Merdeka Belajar, siswa tidak dibebani dengan kompetensi atau mata pelajaran yang tidak disukainya. Artinya, siswa hanya diminta untuk memilih materi yang esensial dan sesuai dengan minat dan bakatnya. Materi penting yang harus dikuasai adalah literasi (cara memahami teks sederhana) dan numerasi (cara memahami atau mengolah informasi berupa angka atau persamaan matematika). Kebijakan semacam ini juga memudahkan guru untuk menyiapkan perangkat pengajaran yang lebih menarik bagi siswa.
Guru diberikan keleluasaan untuk melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi
Salah satu kelebihan Kurikulum Belajar Bebas adalah siswa tidak dituntut untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Namun, mereka dituntut untuk mengolah dan memahami makna pembelajaran sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk itu, guru harus mampu menghargai setiap pencapaian dan proses belajar anak didiknya tanpa berorientasi pada hasil akhir berupa nilai. Padahal idealnya proses dan hasil adalah dua hal yang saling berkaitan.
Melalui sistem seleksi seperti ini diharapkan dapat membuat kinerja guru lebih luwes dalam perangkat pengajaran yang kreatif, menarik, informatif, dan kolaboratif. Selain perangkat pengajaran, guru juga diberikan keleluasaan untuk melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi, sehingga dapat mengakomodir kebutuhan belajar siswanya. Mengingat, karakter setiap peserta didik tidak sama dan perlakuan yang diberikan juga pasti tidak sama.
Berbagai Perangkat Pengajaran Tersedia
Selama proses pembelajaran, guru dapat menentukan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan kompetensi siswanya. Artinya, Anda harus memiliki lebih dari satu perangkat pengajaran. Namun tidak perlu khawatir karena Kemendikbud telah memfasilitasi hal tersebut dengan membuka platform aplikasi yang berisi berbagai alat ajar digital. Melalui platform ini, guru juga dapat berbagi alat pengajaran yang telah disiapkan dengan guru lainnya. Dengan program digitalisasi semacam ini diharapkan tidak ada guru yang masih bingung mencari atau membuat perangkat ajar.
Itulah pembahasan Quipper Blog tentang ciri-ciri Kurikulum Free Learning. Semoga bisa bermanfaat untuk Bapak/Ibu. Jangan lupa update terus informasi lainnya seputar dunia pendidikan di Blog Quipper. Salam Quippers!
www.quipper.com