Generasi Alpha Memiliki Kecenderungan Belajar yang Berbeda dari Generasi Z Karena…

Perkembangan zaman membawa perubahan besar dalam banyak aspek kehidupan, termasuk dalam cara belajar. Jika melihat ke belakang, cara generasi Baby Boomers belajar tentu jauh berbeda dengan generasi X. Begitu juga dengan generasi milenial yang mulai mengenal teknologi saat duduk di bangku sekolah. Lalu hadir Generasi Z yang tumbuh bersama internet. Dan kini, Generasi Alpha muncul dengan keunikan tersendiri.
Generasi Alpha adalah mereka yang lahir mulai tahun 2010 ke atas. Artinya, sebagian dari mereka sekarang masih duduk di bangku SD atau SMP. Sementara Generasi Z adalah mereka yang lahir sekitar tahun 1997 hingga 2009, banyak di antaranya kini duduk di bangku kuliah atau sudah masuk dunia kerja. Meskipun hanya terpaut beberapa tahun, pola pikir dan cara belajar kedua generasi ini menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan.
Mengapa bisa begitu? Ada beberapa alasan kuat yang membuat generasi Alpha memiliki kecenderungan belajar yang berbeda dari generasi Z. Mari bahas satu per satu dengan bahasa yang ringan.
1. Lahir di Era Digital yang Lebih Maju
Generasi Z memang sudah akrab dengan internet dan media sosial, tetapi banyak dari mereka mengalami masa kecil tanpa smartphone. Mereka sempat merasakan belajar dari buku cetak, pergi ke perpustakaan, dan menulis dengan pulpen sebagai aktivitas utama di sekolah.
Sementara itu, Generasi Alpha lahir di tengah banjir teknologi. Tablet, smartphone, bahkan kecerdasan buatan (AI) bukanlah hal asing. Sejak bayi, banyak dari mereka sudah dikenalkan dengan video interaktif, game edukasi, dan berbagai aplikasi pembelajaran.
Inilah yang membuat gaya belajar mereka lebih visual, cepat, dan mengandalkan interaksi digital. Buku fisik tidak lagi menjadi alat utama. Sebaliknya, video, animasi, dan konten interaktif jauh lebih menarik bagi mereka.
2. Terbiasa Belajar Mandiri Lewat Teknologi
Anak-anak Generasi Alpha sering kali mampu mempelajari sesuatu tanpa bimbingan langsung dari orang dewasa. Cukup dengan menonton video tutorial di YouTube Kids atau memainkan aplikasi belajar, mereka sudah bisa memahami hal baru.
Hal ini berbeda dengan Generasi Z yang sebagian besar masih membutuhkan peran guru atau orang tua sebagai pusat informasi. Generasi Z sering kali lebih nyaman dengan pendekatan belajar yang berstruktur dan berurutan.
Generasi Alpha, di sisi lain, lebih suka eksplorasi bebas. Mereka terbiasa “klik sana-sini” dan mencoba-coba sendiri untuk menemukan jawaban.
3. Rentang Konsentrasi yang Lebih Pendek
Karena terbiasa dengan konten cepat seperti video pendek dan game interaktif, Generasi Alpha cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek. Jika konten pembelajaran terlalu panjang dan tidak menarik, fokus mereka cepat berpindah.
Berbeda dengan Generasi Z yang masih tumbuh bersama buku, Generasi Alpha butuh stimulus yang cepat dan menarik secara visual. Ini menantang para pendidik untuk membuat materi pelajaran yang tidak hanya informatif, tetapi juga menghibur.
4. Lebih Responsif terhadap Visual dan Audio
Anak-anak Generasi Alpha menunjukkan ketertarikan besar terhadap konten visual dan audio. Mereka belajar lebih cepat dengan melihat gambar, menonton video, atau mendengar suara yang menyenangkan.
Bahkan, banyak dari mereka bisa belajar bahasa asing hanya dari menonton kartun atau video musik anak-anak. Sementara Generasi Z masih lebih terbiasa dengan metode konvensional seperti membaca dan mencatat, meskipun kemudian beradaptasi dengan media digital.
5. Tumbuh dalam Lingkungan yang Lebih Personal dan Terfokus
Generasi Alpha sering kali tumbuh di lingkungan yang lebih fokus pada perkembangan individu. Banyak orang tua zaman sekarang sudah mengenal pentingnya metode parenting yang personal, memahami gaya belajar anak, dan memberikan ruang eksplorasi.
Mereka dibesarkan dengan aplikasi belajar yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak. Misalnya, jika seorang anak lebih cepat memahami matematika, aplikasi akan langsung memberikan tantangan berikutnya tanpa harus mengikuti ritme kelas.
Sementara pada masa Generasi Z, pendekatan belajar masih lebih umum dan seragam. Sistem pendidikan belum terlalu adaptif terhadap perbedaan gaya belajar.
6. Tertarik pada Pengalaman, Bukan Hanya Informasi
Generasi Alpha tidak hanya ingin tahu, mereka ingin merasakan. Mereka belajar dengan cara mengalami langsung. Misalnya, mereka lebih senang melakukan eksperimen kecil di rumah daripada hanya membaca teori di buku.
Hal ini berkaitan erat dengan perkembangan dunia teknologi seperti Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) yang kini mulai digunakan dalam pendidikan. Generasi Alpha lebih mudah menyerap informasi jika disajikan dalam bentuk pengalaman interaktif.
Berbeda dengan Generasi Z yang masih cukup terbiasa dengan teks panjang dan penjelasan verbal, Generasi Alpha lebih senang dengan praktik langsung yang menyenangkan.
7. Terbiasa Multitasking sejak Dini
Generasi Alpha sejak kecil terbiasa melakukan banyak hal dalam satu waktu. Menonton video sambil bermain game, belajar sambil mendengarkan musik, atau membuka dua aplikasi sekaligus adalah hal yang biasa.
Kemampuan multitasking ini membentuk cara mereka menyerap informasi. Mereka tidak selalu mengikuti satu jalur belajar yang linier, tetapi sering berpindah-pindah antara satu topik ke topik lain.
Sementara Generasi Z cenderung lebih terstruktur dan sistematis dalam belajar karena lingkungan belajarnya dulu lebih sederhana dan tidak terlalu banyak gangguan digital.
8. Lebih Terbuka terhadap Teknologi Baru
Karena lahir di zaman serba canggih, Generasi Alpha lebih cepat menerima teknologi baru. Misalnya, mereka cepat terbiasa dengan AI, chatbot, dan asisten virtual.
Ketika diberikan alat bantu belajar berbasis teknologi, mereka tidak merasa asing. Bahkan, beberapa dari mereka bisa mengoperasikan aplikasi pembelajaran yang cukup kompleks tanpa harus diajari.
Sementara itu, Generasi Z butuh waktu adaptasi karena pada masa kecil mereka teknologi tidak secepat sekarang. Ada proses transisi dari analog ke digital yang mereka lewati.
9. Berorientasi pada Hasil Cepat
Salah satu dampak dari era digital adalah munculnya ekspektasi instan. Generasi Alpha terbiasa mendapatkan jawaban atau hasil dalam hitungan detik. Hal ini memengaruhi gaya belajar mereka yang cenderung ingin melihat hasil dengan cepat.
Jika sebuah materi tidak menunjukkan manfaat secara langsung, mereka cenderung kehilangan minat. Maka, metode pembelajaran yang digunakan pun harus mampu menunjukkan hasil atau dampak secara cepat dan jelas.
Kesimpulan
Perbedaan antara Generasi Alpha dan Generasi Z dalam hal belajar bukanlah sesuatu yang baik atau buruk, melainkan hasil dari lingkungan dan teknologi yang membentuk mereka. Generasi Alpha memiliki kecenderungan belajar yang berbeda dari Generasi Z karena mereka lahir di era yang lebih digital, lebih interaktif, dan lebih cepat.